Selasa, 27 September 2016

Perilaku Sehat Masyarakat Modern dan Tradisional



A.    Perilaku Sehat Masyarakat Modern dan Tradisional
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.                                   
         Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.
Memasuki millenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola piker atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindangan kesehatan. Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Mendorong pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyaralat beserta lingkungannya (Dinkes, 2005).
Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap masalah-masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota keluarga. Dalam keluarga, ibu merupakan anggota masyarakat yang salah satu perannya adalah mengurus rumah tangganya sehingga terciptanya lingkungan sehat dalam rumah tangga. Dengan mewujudkan perilaku yang sehat, maka dapat menurunkan angkakesakitan suatu penyakit dan angka kematian akibat kurangnya kesadaran dalam pelaksaan hidup bersih dan sehat serta dapat meningkatkan kesadaran dan kemauan bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
1.      Sistem Kesehatan
Sistem kesehatan menurut WHO adalah sebuah proses kumpulan berbagai factor kompleks yang berhubungan dengan suatu Negara,yang di pelukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan kesehatan perorangan,keluarga,kelompok,dan masyarakat pada setiap saat dibutuhkan.
Dalam sebuah sistem harus terdapat unsur-unsur input , proses , output , feedback , impact dan lingkungan.Sistem kesehatan yang telah di sahkan sesuai SK Menkes bahwa tujuan yang pasti adalah meningkatkan derajat yang optimal dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan yang sesuai dengan pembukaan UUD 1945.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelanggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Sistem kesehatan nasional perlu dilaksnakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial seperti : kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan,pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga kesehatan mengatasi masalah tersebut.
Sistem kesehatan nasional disususn dengan memperhatikan pendekatan revitalitas pelayanan kesehatan dasar yang meliputi :
·         Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata
·         Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat
·         Kebijakan pembangunan kesehatan
·         Kepemimpinan
SKN juga disususn dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan.
Sistem kesehatan nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi koordinasi, integritas, sinkronisasi, dan sinergisme (KISS), baik antar peraku, antar subsistem SKN , maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sector terkait, seperti pembangunan prasarana,keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sector kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.

2         2.   Pluralism Modern
Dalam ilmu sosial,pluralism adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain.Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta mebuahkan hasil tanpa konflik asimilasi.
Pluralism adalah dapat di katakan salah satu cara khas masyarakat modern dan kelompok sosial yang paling penting dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan masyarakat dan perkembangan ekonomi.
Pada dasarnya liberalism pemikiran adalah konsekuensi dari proses pluralisasi masyarakat modern yang makin kompleks yang mendorong keterbukaan komunikasi antarwarga masyarakat.
3.      Tahapan Perspektif
Ada beberapa tahapan prespektif yaitu :
·         Perspektif biologis
            Model medis, yang diilhami oleh para dokter mulai dari Hippocrates hingga kraepelin, tetap memiliki kekuatan yang besar dalam pemahaman kontemporer tentang perilaku abnormal. Model medis mewakili perspektif biologis tentang perilaku abnormal.
1. Sistem saraf
            Sistem saraf terbuat dari sel – sel saraf yang disebut neuron. Neuron – neuron saling berkomunikasi satu sama lain, atau menyalurkan pesan. Setiap neuron memiliki badan sel, atau soma, dendrit – dendrit, dan sebuah akson. Badan sel memuat nucleus sel dan memetabolisasi oksigen untuk membawa hasil kerja dari sel. Neuron memancarkan pesan – pesan ke neuron yang lain melalui substansi kimia yang disebut neurotransmiter. Ketidakteraturan dalam kerja system neurotransmitter dikotak berkaitan erat dengan pola – pola perilaku abnormal.
2. Bagian – bagian system saraf
            System saraf terdiri dari dua bagian utama, system saraf pusat dan system saraf tepi. Kedua bagian ini juga terbagi – bagi. System saraf pusat terdiri dari otak dan tulang belakang. System saraf tepi tersusun dari saraf – saraf yang menerima dan menyalurkan pesan sensoris ke otak dan tulang belakang, dan menyalurkan pesan dari otak atau tulang belakang ke otot – otot, menyebabkan mereka berkontraksi, dan kekelenjar – kelenjar, menyebabkan mereka mensekresi hormon – hormon.
3. System saraf pusat
            Bagian bawah otak, terdiri dari medula, pons, dan serebellum. Banyak saraf yang menghubungkan tulang belakang dengan tingkat otak yang lebih tinggi menjulur melalui medula. Medula memainkan fungsi vital sepeti detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Pons menyalurkan informasi tentang pegerakan tubuh yang terlibat dalam fungsi yang berkaitan dengan perhatian, tidur, dan pernapasan.
Serebelum terlibat dalam keseimbangan dan perilaku motorik.Otak tengah terletak di atas batang otak dan berisi jalur saraf yang menghubungkan batang otak dengan otak tengah. Area penting pada bagian depan otak, adalah talamus, menyalurkan informasi sensoris kedaerah otak yang lebih tinggi. talamus juga terlibat dalam tidur dan perhatian. Hipotalamus, merupakan struktur kecil yang terletak antara talamus dan kelenjar pituitary. Hipotalamus penting dalam pengaturan temperature tubuh, konsentrasi cairan – cairan, penyimpanan nutrisi, dan motivasi serta emosi. Serebrum, merupakan “mahkota kemenangan” dan bertanggung jawab terhadap bentuk bulat pada kepala manusia. Permukaan serebrum disebut korteks serebral, pusat pemikiran perencanaan, dan pelaksanaan dari otak.
4. System saraf tepi
            System saraf tepi menghubungkan otak dengan dunia luar. Dua bagian utama system saraf tepi adalah system saraf somatic dan otonomik. System saraf somatic menyalurkan pesan – pesan tentang penglihatan, suara, bau, posisi tubuh, suhu, dan lain –lain ke otak. Para psikolog terutama tertarik pada system saraf otonomik karena aktivitasnya yang berhubugan dengan respon emosional. Seperti detak jantung, pernapasan, pencernaan, dan dilatasi pupil mata. Mengevaluasi perspektif biologis tentang perilaku abnormal. Telah jelas diketahui keterlibatan struktur dan proses biologis dalam berbagai pola perilau abnormal. Faktor – faktor seperti gangguan dalam fungsi neurotransmiter dan abnormalitas otak yang mendasar dikaitkan dengan berbagai gangguan psikologis. Namun demikian, untuk berbagai gangguan lain penyebab yang tepat tetap tidak diketahui. Misalnya faktor genetis atau faktor lingkungan pembuat stress.

·         Perspektif psikologis
1. Model – model psikodinamika
            Teori psikodinsmiks didasarkan pada kontribusi Sigmund freud dan para pengikutnya. Model psikodinamika ini didasarkan pada keyakinan bahwa masalah psiologis adalah akibat dari konflik psikologis diluar alam sadar yang dapat dilacak pada masa kecil.
2. Model – model belajar
            Teori psikologi lain yang relevan juga terbentuk diawal abad 20 adalah perspektif behavioral. Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan perilaku normal atau abnormal. Dari perspektif belajar, perilaku abnormal mencerminkan perolehan, atau pembelajaran dari perilaku yang tidak sesuai dan tidak adaptif. Dari pandangan belajar, perilaku abnormal bukanlah sintomatik dari apapun. Perilaku abnormal itu sendiri merupakan masalah. Perilaku abnormal dianggap sebagai sesuatu yang dipelajari dengan cara yang sama sebagaimana perilaku normal. Watson dan teoretikus behavioristik lainnya, meyakini bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan. Sebagaimana freud, Watson tidak menggunakan konsep kebebasan pribadi, pilihan, dan self-direktion. Teoritikus behavioristik melihat kita sebagai hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi perilaku kita. bagi Watson, keyakinan bahwa kita memiliki kehendak yang bebas ditentukan oleh lingkungan. Watson berfokus pada peran dari dua bentuk utama dari belajar dalam membentuk perilaku normal dan abnormal yaitu, classacal conditioning dan operant conditioning.
3. Model – model humanistic
            Suatu kekuatan ketiga dalam psikologi modern muncul pada abad pertengahan ke 20, yaitu psikologi humanistic. Para teoritikus humanistic seperti carl rogers (1902 – 1987) dan Abraham maslow (1908 – 1970) meyakini bahwa perilaku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik – konflik yang tidak disadari maupun conditioning yang sederhana. Teori ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat bahwa perilaku manusia semata – mata ditentukan oleh factor diluar dirinya, para teoritikus melihat orang sebagai aktor dalam drama kehidupan, bukan reactor terhadap insting atau tekanan lingkungan. Mereka berfokus pada pentingnya pengalaman disadari yang bersifat subjektif dan self direktion humanistic. Psikologi humanistic berhubungan erat dengan aliran filosofis eropa yang disebut sebagai eksistensialisme. Para eksistenssialis meyakini bahwa kemanusiaan kita membuat kita bertanggung jawab atas arah yang akan diambil dalam kehidupan kita.
            Para humanis mempertahankan bahwa orang memiliki kecenderungan untuk melakukan self -actualization untuk berjuang menjadi apa yang mereka mampu. Tiap orang memiliki serangkaian perangai dan bakat – bakat yang mendasari perasaan dan kebutuhan individual serta memberikan perspektif yang unik dalam hidup kita. Meski pada akhirnya tiap manusia mati, namun masing – masing dapat mengisi kehidupan dengan penuh arti dan tujuan apabila kita mengenali dan menerima kebutuhan dan perasaan terdalam kita. Untuk memahami perilaku abnormal dalam pandangan humanistic, kita perlu untuk memahami penghambat yang dihadapi orang dalam berjuang mencapai self-actualization dan keautentikan. Untuk mencapai hal ini, psikolog harus belajar memandang dunia dari perspektif klien. Karena pandangan subyektif klien tentang dunianya sendiri menginterpretasi dan mengevaluasi pengalaman mereka baik dengan cara yang bersifat self-enhancing atau self-defeating.
4. Model-model kognitif
            Kata kognif berasal dari kata latin cognition,yang berarti pengetahuan. para teorinitis kognitif mempelajari kognisi (pikiran-pikiran), keyakinan, harapan, dan sikap-sikap yang menyertai dan mungkin mendasari perilaku abnormal.mereka berfokus pada bagaimana realitas diwarnai oleh harapan-harapan dan sikap kita dan bagaimana tidak akurat atau biasnya pemprosesan informasi tentang dunia dan tempat kita di dalamnya dapat menimbulkan perilaku abnormal. Para teoritis kognitif menyakini bahwa interpretasi kita dalam kehidupan kita dan bukan peristiwa itu sendiri,menentukan keadaan emosional kita. Beberapa model kognitif yang paling menonjol dari pola-pola perilaku abnormal adalah pendekatan pemprosen informasi dan model-model yang dikembangkan oleh psikolog Albert Ellis dan psikiater Aaron Beck.

·         Perspektif sosiokultural
            Para teoritikus sosiokultural mencari penyebab perilaku abnormal yang mungkin terletak pada kegagalan masyarakat daripada orang yang mengalami. Beberapa teoritikus sosiokultural yang lebh radikal, seperti Thomas Szasz, bahkan menyangkal adanya gangguan psikologis atau sakit mental. Szasz menyatakan bahwa tidak normal hanya sekedar label yang dilekatkan oleh masyarakat oleh orang-orang yang memiliki perilaku yang menyimpang dari norma social yang dapat diterima. Menurutnya label ini digunakan memberikan stigma dan menepikan penyimpangan social. Di atas kita telah menelaah hubungan antara pola-pola perilaku abnormal dan perilaku sosioabnormal.

·         Perspektif biopsikososial
            Banyak teoritikus masa kini yang mengadopsi perspektif biopsikososial yang memandang bagaimana berbagai factor-faktor yang mewakili ranah-ranah biologis, psikologis, dan sosiokultural berinteraksi dalam berkembangnya gangguan tertentu. Kita baru mulai menggali interaksi yang tidak tampak dan sering kali kompleks, dari berbagai factor yang menyebakan pola-pola perilaku yang abnormal. Perspektif biopsikososial mengundang kita bagaimana factor-faktor biologis, psikologis, tekait dengan berkembangnya pola-pola perilaku abnormal. Untuk beberapa gangguan, penyebabnya mungkin terutama atau bahkan secra eksklusif adalah bersifat biologis.

4.      Sektor Popular Bangsa dan Propesional
Kelainan menggambarkan 2 sektor yang saling melengkapi perawatan kesehatan diungkapkan oleh Helman (1990) dalam Smet (1994) :
·         Sektor awam atau populer adalah domain masyarakat yang tidak professional pada sector ini lah pertama kali kesakitan di kenali dan di tentukan.Hal ini melibatkan keluarga,teman dan tetangga
·         Sektor tradisional menempati posisi tengah antara sektor awam dan sector professional .Sektor tradisional ini terdiri dari orang-orang yang mepunyai spesialisasi di bidang  penyembuhan,baik suci atau sekuler maupun campuran dari keduanya.

5.      Klasifikasi Lain Mengenai Sistem Kesehatan
Suatu “sistem” dapat dipahami sebagai pengaturan komponen dan mempunyai hubungan dimana bersama sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Roemer (1991) mendefinisikan sistem kesehatan sebagai "kombinasi sumber daya, organisasi, pembiayaan dan manajemen yang berujung pada pelayanan kesehatan bagi penduduk." Sehingga dapat dilihat bahwa sistem kesehatan merupakan suatu kesatuan yang didalamnya terdapat komponen komponen seperti pasien, keluarga, masyarakat, Departemen kesehatan, penyedia pelayanan kesehatan, organisasi pelayanan kesehatan, perusahaan farmasi, perusahan pembiayaan kesehatan seperti asuransi, dan oraganisasi lainnya yang mempunyai peranan penting. Semua itu mempunyai hubungan dalam mencapai tujuan yaitu sama sama mningkatkan kesehatan masyarakat. Dari bagian atau komponen komponen tersebut mempunyai fungsinya masing-masing meliputi :
·         Pengawasan misalnya membuat kebijakan dan peraturan serta bagaimana menilai peraturan dan kebijakan itu berjalan apakah sudah sesuai dengan target atau masih dibawah target.
·         Penyedia layanan kesehatan bertugas untuk menyediakan layanan klinis yang memadai serta dapat ditunjang dengan promosi kesehatan yang mencakup dari kelompok sampai ke individu.
·         Pembiayaan  Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni: Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan pembangunan kesehatan. salah satunya adalah pelayanan kesehatan apakah berkerjasama dengan asuransi untuk mempermudah dan membuat pasien yang berobat merasa nyaman karena tidak memikirkan biaya ketika mereka sakit
·         Pengelolaan sumber daya misalnya bagamana suatu obat dapat mencukupi suatu pelayanan kesehatan,distribusinya tidak terhambat, serta tidak dimonopoli oleh salah satu perusahaan obat. Pembiayaan penting pula dalam memenuhi peralatan medis, namun yang tidak kalah penting adalah bagaimana dalam mengelola alat tersebut agar dapat digunakan sesuai manfaatnya.

WHO mendefinisikan kembali tujuan utama dalam definisi suatu sistem kesehatan “adalah"semua kegiatan yang tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan, memulihkan, dan menjaga kesehatan.", definisi "tujuan" telah diperpanjang mencakup pencegahan kemiskinan karena karena sakit. Sistem kesehatan yang berfungsi dengan baik adalah penting untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Di negara yang sedang berkembang banyak menghadapi tantangan dan masalah dalam membangun dan melaksanakan sistem kesehatan seperti pembiayaan yang tidak memadai, kurangnya koordinasi antar lembaga, buruknya sistem informasi, kurangnya tenaga kesehatan.
Kurangnya tenaga kesehatan akan membatasi kemampuan suatu negara untuk mencapai MDGs, karena kekurang tenaga kesehatan akan berdampak pada melemahnya sistem penyampaian layanan kesehatan. Sebagai contoh di 15 negara di sub sahara Afrika hanya ada lima atau kurang dokter sehingga kira kira 1 dokter menangani 100.000 orang
Sistem kesehatan dikenal sebaga sistem yang terbuka sehingga sangat rentan terhadap faktor faktor yang berpengaruh diluar faktor kesehatan sendiri ada beberapa faktor yang dapat memepengaruhi suatu sistem kesehatan dalam masyarakat seperti kemiskinan, pendidikan, infrastruktur dan lingkungan social & politik.
Perkembangan global, regional, dan nasional yang dinamis akan mempengaruhi pembangunan suatu negara, termasuk pembangunan kesehatannya. Hal ini merupakan faktor eksternal utama yang mempengaruhi proses pembangunan kesehatan. Faktor lingkungan strategis dapat dibedakan atas tatanan global, regional, nasional, dan lokal, serta dapat dijadikan peluang atau kendala bagi sistem kesehatan di Indonesia.

6.      Hubungan Antara Pengobatan Tradisional dan Biomedical
Di dalam suatu ilmu kesehatan untuk menyembuhkan suatu penyakit ada dua macam pengobatan, yaitu pengobatan modern dan pengobatan tradisional.
Pengobatan - pengobatan ini sangat berbeda satu sama lain. Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan dengan cara - cara modern / ilmiah atau telah diuji cobakan dengan sebuah penelitian dan dapat di pertanggung jawabkan.          
Namun, dari cara pembuatan, obat modern memiliki sedikit keunggulan karena dibuat dengan mesin dan pada umumnya dilakukan secara terukur dan melalui proses percobaan yang terkontrol. Dengan demikian, sterilisasi atau faktor kebersihan obat modern jauh lebih terjaga. Obat-obatan modern juga dibuat dengan menambahkan beberapa zat kimia sehingga bukan mustahil akan ada efek samping setelah mengkonsumsinya obat jenis ini.
 Pengobatan modern relatif lebih mahal karena bahan baku obat–obatannya sangat mahal dan harganya sangat tergantung pada banyak komponen.
Obat Tradisional adalah obat yang dibuat dari tumbuhan yang diolah dengan cara yang sangat sederhana dan membutuhkan tenaga manusia yang sangat besar.
Keunggulan yang diperoleh dalam menggunakan ramuan tradisional, yaitu pada umumnya, harga ramuan tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat–obatan buatan pabrik, bahan ramuan tradisional sangat mudah didapatkan di sekitar lingkungan, bahkan dapat ditanam sendiri untuk persediaan keluarga, pengolahan ramuannya juga tidak rumit, sehingga dapat dibuat di dapur sendiri tanpa memerlukan peralatan khusus dan biaya yang besar.
Penggunaan ramuan tradisional memiliki efek samping negatif yang sangat kecil jika dibandingkan dengan obat–obatan medis modern. Hal ini dikarenakan, bahan baku ramuan tradisional sangat alami atau tidak bersifat sintetik. Meskipun demikian, obat herbal yang baru tetap harus melewati uji klinis yang sama dengan obat-obatan sintetik. Selama mengikuti takaran yang dianjurkan, proses pembuatannya higienis, dan cara penyimpanan yang baik, maka efek samping negatif ramuan tradisional ini tidak perlu dikhawatirkan.
Hubunganan di antara pengobatan alternatif dengan pengobatan modern bukanlah hubungan yang bersaing.  Pengobatan kedua-duannya hidup saling berdampingan dan bersama-sama menyediakan pilihan pengobatan untuk bermacam-macam penyakit.
Dalam bidang alternatif ada sifat yang bisa menyediakan bidang medikal dan sebaliknya. Jadi untuk pemilihan obat yang baik pilihlah obat yang berkhasiat seperti obat Tradisional tapi tetap terjaga mutu dan kebersihannya seperti obat Modern.Bahan-Bahan Alami Pengobatan Tradisional
Didalam kehidupan perawatan kesehatan merupakan sesuatu yang mahal,apabila kita terserang suatu penyakit tidak segera ditangani dengan benar maka akan dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari termasuk ekonomi keluarga.
Akibat krisis ekonomi yang terjadi selama ini juga berpengaruh pada kenaikan harga obat-obatan. Oleh karena itu tidak ada salahnya apabila kita mencoba penanganan kesehatan dengan pengobatan tradisioanal yang menggunakan bahan-bahan alami tanpa efek samping dan juga dari segi biaya lebih ekonomis.kita bisa memanfaatkan berbagai jenis tanaman untuk penanganan kesehatan kita. Maka dari itu informasi dan wawasan tentang pengobatan tradisional sangat diperlukan untuk dapat memanfaatkan tanaman yang sering kita jumpai di sekitar kita. Boleh jadi pemakaian ramuan bahan-bahan ini bisa membantu meringankan penderitaan sebebelum seseorang memperoleh pelayanan kesehatan yang tepat. Berikut bahan-bahan alami yang dijadikan sebagai pengobatan tradisioanal, antara lain :
      1. Jamblang
      jamblang mengandung asam galat yang mampu mengerutkan saluran kencing. Selain itu, kandungan glukosida phytomelin mempercepat penyembuhan luka. Zat tanin pada biji jamblang bermanfaat untuk menurunkan kolesterol. Kegunaan : diabetes, ngompol, diare karena masuk angin,dll.
Catatan : Jangan terlalu banyak makan buah jamblang karena akan susah buang air seni.
2.    Bayam
        bayam, terutama bayam merah, terkenal mengandung zat besi yang tinggi yang berkhasiat menambah darah. Selain itu, bayam juga mengandung vitamin A, B, C, dan K, kalium serta fosfor. Kegunaan : anemia, disentri, ambien, demam, melancarkan ASI, mengencerkan dahak, menguatkan lever, digigit serangga, kena ulat bulu, dll.
3.    Kangkung
           kangkung bersifat, antiracun, antiradang, peluruh kencing, menghentikan perdarahan, sedatif ( obat tidur ). Kangkung juga besifat menyejukkan dan menenangkan. Kangkung mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, dan sitosterol. Kegunaan : mengurangi haid, sakit kepala, mimisan, ambeien, insomni, sakit gigi, melancarkan air seni, ketombe, sembelit, mual bagi ibu hamil ,sariawan,gusi bengkak, dll.
4.    Kemangi
          daun kemangi mempunyai daya penenang dan mengeluarkan gas-gas dari tubuh. Daunnya juga sering dipakai untuk bumbu hidangan daging ataupun ikan. Kemangi mengandung zat minyak atsiri, protein, kalsium, fosfor, besi, belerang, dan lain-lain. Kegunaan : panu, diare dan muntah, sariawan, bau nafas, bau mulut, bau keringat, dll.
5.    Kayu Putih
        daunnya mengandung minyak atsiri, sineol, melaleucin dan buahnya mengandung zat tanin. Bersifat diaforetik, menghilangkan rasa sakit, membunuh kuman, mengencerkan dahak, dan antikejang. Kegunaan : perut kembung, keriput pada kulit perut (bagi wanita sehabis melahirkan), batuk, demam/mencegah stuip (pada anak), flu, kejang (pada bayi), masuk angin, dll.

B.     Faktor Sosial Budaya Dalam Kesehatan-Penyakit
Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat.dengan definisi tersebut,Ternyata pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka ada beberapa unsur masyarakat,unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu:kesatuan sosial dan pranata sosial.kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan dari kesatuan-kesatuan individu yang berinteraksi dengan kehidupan masyarakat.sedangkan yang dimaksud pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.norma-norma tersebut memberikan Petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya.
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat  memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan  sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

1.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat
L.Blum menjelaskan terdapat empat factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya derajat kesehatan suatu masyarakat yaitu :
1)      Faktor lingkungan/Environment
Contoh: Akses terhadap air bersih,jamban/tempat BAB,Sampah,Lantai Rumah,Breeding pplaces,Polusi sanitasi tempat umum,bahan beracun berbahaya (B3),kebersihan TPU (tempat pelayanan umum).
2)      Faktor perilaku/life styles
Contoh: Alcohol  ,rokok, promiscuity :tempat-tempat beresiko,narkoba,olah raga dan helath seeking behavior : kalau tidak sakit parah tidak akan pergi ke puskesmas
3)      Faktor pelayanan kesehatan/Medical care services
Contoh:ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan (balai pengobatan) maupun rujukan (rumah sakit), ketersediaan tenaga,peralatan kesehatan bersumberdaya masyarakat, kinerja/cakupan serta pembiayaan/anggaran.
4)      Factor herediter atau kependudukan/Heredity
Contoh:penyakit-penyakit yang sifatnya turunan dan mempengaruhi sumberdaya masayarakat, jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk serta jumlah kelompok khusus/rentan: bumil,persalian,bayi, dll
2       2.    Kaitan Sosial Budaya Dengan Kesehatan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah.yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang b erkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubunganya dengan masyarakat,Melville J Herskovits dan Bronislaw Molinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdaptat dalam  masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determisims.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,yang kemudian di sebut super organic. Menurut Andreas Eppink,kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,nilai,norma,ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,religius dan lain-lain,tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi ciri khas suatu masyarakat menurut Edward B.Tylor,kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,kepercayaan,kesenian,moral,hokum,adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,kebudayaan adalah sarana hasil karya,rasa dan cipta masyarakat.
Megacu pada esensi budaya, nialai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan akan keberadaannya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian  budaya yang ditemukan secara universal . dan budaya pula, hidup sehat dapat sitelususri melalui keomponen pemahaman tentang sehat,sakit,serita akibat penyakit,cacat dan kematian,nilai yang dilaksanakan dan di percaya serta diyakni itu,sesuai dengan pemahaman masyarakat sesuai dengan kebudayaan dan teknologi yang masyarakat miliki.
Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembangan,kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian  perpaduan  antara pengalaman empirical dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif (Rusli Ngatimin,2005)

3.      Kaitan Teori Blum Dengan Status Kesehatan Masyarakat
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style),faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini maka cara pandang kita terhadap kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila dahulu kita mempergunakan paradigma sakit yakni kesehatan hanya dipandang sebagai upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter dengan pasien (dokter dan pasien). Namun sekarang konsep yang dipakai adalah paradigma sehat, dimana upaya kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan individu ataupun masyarakat (SKM dan masyarakat).
Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam hal ini memegang kendali dominan dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter dengan pasien hanya sebatas individu dengan individu tidak secara langsung menyentuh masyarakat luas. Ditambah lagi kompetensi dalam memanagement program lebih dikuasai lulusan SKM sehingga dalam perkembangannya SKM menjadi ujung tombak program kesehatan di negara-negara maju.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia justru, paradigma sakit yang digunakan. Dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada penyembuhan pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan bidan sebagai tenaga medis dan paramedis mendominasi. Padahal upaya semacam itu sudah lama ditinggalkan karena secara financial justru merugikan Negara. Anggaran APBN untuk pendanaan kesehatan diIndonesiasemakin tinggi dan sebagian besar digunakan untuk upaya pengobatan seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan pembangunan gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat kesehatan kita harus menaruh perhatian besar pada akar masalahnya dan selanjutnya melakukan upaya pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada upaya preventif (pencegahan) bukannya curative (pengobatan).
Namun yang terjadi anggaran untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui program promosi dan preventif dikurangi secara signifikan. Akibat yang ditimbulkan adalah banyaknya masyarakat yang kekurangan gizi, biaya obat untuk puskesmas meningkat, pencemaran lingkungan tidak terkendali dan korupsi penggunaan askeskin. Dampak sampingan yang terjadi tersebut dapat timbul karena kebijakan kita yang keliru.
           
KONSEP BLUM
Semua Negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga kesehatan warga negaranya. Untuk Negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sehingga asupan makanan anak-anak mereka begitu dijaga dari segi gizi sehingga akan melahirkan keturunan yang berbobot. Kondisi yang berseberangan dialamiIndonesiasebagai Negara agraris, segala regulasi pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada penanggulangan kekurangan gizi masyarakatnya. Bahkan dilematisnya banyak masyarakatkotayang mengalami kekurangan gizi. Padahal dari hasil penelitian membuktikan wilayahIndonesiapotensial sebagai lahan pangan dan perternakan karena wilayahnya yang luas dengan topografi yang mendukung.Adaapa dengan pemerintah?. Satu jawaban yang pasti seringkali dalam analisis kesehatan pemerintah kurang mempertimbangkan pendapat ahli kesehatan masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang dibuat cuma dari sudut pandang kejadian sehat-sakit.
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :

·         Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.

·         Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan masyarakat. namun dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.

·         Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.

·         Genetik
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan itu menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih banyak saja anakIndonesiayang status gizinya kurang bahkan buruk. Padahal potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.

4.      Upaya-upaya untuk Meningkatkan Status Kesehatan Masyarakat
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kondisi umum kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.
Ketersediaan mutu, keamanan obat, dan perbekalan kesehatan masih belum optimal serta belum dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Dalam hal tenaga kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan. Permasalahan besar tentang SDM adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam menanggulangi masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM kesehatan telah meningkat, tetapi masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 dan variasinya antar daerah masih tajam. Dengan produksi SDM kesehatan dari institusi pendidikan saat ini, target tersebut sulit untuk dicapai.

Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
          Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :
Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)
Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.

Strategi Paradigma Kesehatan
Paradigma berkembang sebagai hasil pemikiran dalam kesadaran manusia terhadap informasi-informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari penelitian. Memasuki era reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola pikir dan konsep dasar strategis pembangunan kesehatan dalam bentuk paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif) terhadap masyarakat Indonesia.
Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah kesehatan di waktu yang lalu, membuat kita melihat kembali prioritas dan penekanan program dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk yang akan menjadi pelaku utama dan mempertahankan kesinambungan pembangunan. Indonesia yang menjadi sumber daya manusia sehat dan produktif harus berpikir dan agak berbeda dengan apa yang kita lakukan sekarang. Pembangunan penduduk yang sehat tidak bisa dilakukan melalui pengobatan yang sedikit saja. Perubahan paradigma perlu dilakukan adalah paradigma atau konsep yang semula menekankan pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan meringankan beban penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar masyarakat yang belum jatuh sakit agar bisa  lebih berkontribusi dalam pembangunan.
Paradigma sehat mempunyai orientasi dimana upaya peningkatan kesehatan masyarakat dititik beratkan pada :
Promosi kesehatan, peningkatan vitalitas penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap penyakit melalui olah raga, fitness dan vitamin.
Pencegahan penyakit melalui imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak.
Pencegahan pengendalian penanggulangan, pencemaran lingkungan serta perlindungan masyarakat terhadap pengaruh buruk (melalui perubahan perilaku).
Memberi pengobatan bagi penduduk yang sakit, (15%) melalui pelayanan medis.
Paradigma sehat merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk semua sehat di tahun 2010, dimana mengarah kepada mempertahankan kondisi sehat dan tidak sakit dan produktif yang dikenal dengan upaya promotif dan preventif ketimbang upaya kuratif yang hanya menekankan pada upaya penanganan orang-orang sakit.

Upaya Program Kesehatan
Dalam upaya kesehatan program  yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya kesehatan. Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun mendatang.
Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif.
Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.
Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga melindungi masyarakat dari pencemaran.
Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)
Penggerakan peran serta masyarakat.
Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja secara sehat.

Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
Upaya kesehatan seperti tersebut di atas tidak lain merupakan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya pencegahan yang sesuai dengan konsep paradigma baru.
Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan di masa datang harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan yang cukup.

Upaya Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Sebaliknya tenaga kesehatan yang menekankan masalah preventif dan promotif adalah sarjana kesehatan masyarakat yang juga sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistik yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual. Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

5.      Aspek sosial budaya dalam  pelayanan kesehatan keperawatan
1.      Health Belief Model ini (HBM) adalah teori yang paling umum digunakan dalam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz, Rimer, & Lewis, 2002; National Cancer Institute [NCI], 2003). Ini dikembangkan pada 1950-an sebagai cara untuk menjelaskan mengapa program skrining medis yang ditawarkan oleh US Public Health Service, terutama untuk TBC, tidak begitu sukses (Hoch-Baum, 1958). Konsep asli yang mendasari HBM adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit (Hochbaum, 1958). Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan intrapersonal.

Health Belief Model adalah perubahan prilaku kesehatan dan model psikologis dikembangkan oleh M. Rosenstock pada tahun 1966 untuk mempelajari dan mempromosikan peningkatan pelayanan kesehatan. Model ini ditindaklanjuti oleh Becker dan rekan pada 1970-an dan 1980-an. Teori Health Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini dituangkan dalam lima segi pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi upaya yang ada dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived severity (bahaya/ kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action (manfaat yang dirasakan dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action (hambatan yang dirasakan akan tindakan yang diambil), cues to action (isyarat untuk melakukan tindakan). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan self efficacy atau upaya diri sendiri untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya.

Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu :
1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.

Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang serupa.

2.      Gaya hidup (Bahasa Inggris: lifestyle)
 adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman  atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Istilah gaya hidup pada awalnya dibuat oleh psikolog Austria, Alfred Adler, pada tahun 1929. Pengertiannya yang lebih luas, sebagaimana dipahami pada hari ini, mulai digunakan sejak 1961[1]
Gaya hidup bisa dilihat dari cara berpakaian, kebiasaan, dan lain-lain. Gaya hidup bisa dinilai relatif tergantung penilaian dari orang lain.
Gaya hidup juga bisa dijadikan contoh dan juga bisa dijadikan hal tabu. Contoh gaya hidup baik: makan dan istirahat secara teratur, makan makanan 4 sehat 5 sempurna, dan lain-lain. Contoh gaya hidup tidak baik: berbicara tidak sepatutnya, makan sembarangan, dan lain-lain. Kesehatan bergantung pada gaya hidup

3.     Health Seeking Behaviour
Health Seeking Behaviour merupakan pola perilaku masyarakat dalam pencarian pelayanan kesehatan didalam masyarakat itu sendiri. Health Seeking Behaviour ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor budaya, faktor pengalaman, faktor kepuasan terhadap pelayanan kesehatan, dan faktor keterjangkauan financial dan non financial.
Contoh kasus untuk Health Seeking Behaviour:
Seorang mahasiswa Unsoed yang sedang menderita gangguan kesehatan di dalam sistem pencernaanya mengaku bahwa dia lebih memilih memeriksakan kondisi kesehatannya di PMI (Palang Merah Indonesia) dibandingkan pergi ke UHC (Unsoed Health Center). Alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa tersebut adalah bahwa dia kurang puas terhadap pelayanan kesehatan di UHC karena sebelumnya dia pernah menemani salah seorang temannya berobat di UHC, namun pelayanan yang diberikan kurang memuaskan dan cenderung tidak baik. Berdasarkan pengalaman yang dia peroleh beberapa waktu yang lalu, maka untuk memeriksakan kondisi kesehatannya dia lebih memilih mencari unit pelayanan kesehatan yang lain yang menurutnya lebih berkompeten dan bisa memberikan pelayanan kesehatan yang lebih memuaskan.
Dari contoh kasus diatas menunjukan bahwa sebagian masyarakat masih menerapkan konsep Health Seeking Behaviour dalam memilih pelayanan kesehatan. Hal ini menjadi perkara yang harus diselesaikan. Dari contoh kasus diatas, solusi/alternatif pemecahan masalah yang dapat diatasi adalah dengan melakukan monev (monitoring-evaluasi) didalam struktur pelayanan kesehatan yang bersangkutan. Monev dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai unsur yang ada didalam pelayanan kesehatan, baik dari tenaga kesehatan atau PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) maupun dari pasien. Kemudian yang dapat dilakukan dengan adanya monev adalah perbaikan dari segala aspek yang berkaitan dengan monev. Misal dari monev dihasilkan kesimpulan bahwa pasien membutuhkan pelayanan yang baik secara fisik maupun sosial. Maka yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan/PPK adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan agar kepuasan pasien dapat tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar