A. Perilaku
Sehat Masyarakat Modern dan Tradisional
Pembangunan
kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan
yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi
datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang
bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu
mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis
yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling
mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi,
kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan
pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin
ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan
atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis,
psikologis maupun sosio budaya.
Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.
Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.
Memasuki
millenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Pembangunan
Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat
adalah cara pandang, pola piker atau model pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak
faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada
peningkatan, pemeliharaan dan perlindangan kesehatan. Secara makro
paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti
pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan
paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3 pilar
yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku
sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk
perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan
meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam
upaya kesehatan. Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 telah
ditetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan. Mendorong pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga dan masyaralat beserta lingkungannya (Dinkes, 2005).
Status
sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu
sama lain, sehingga keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap
masalah-masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah
kesehatan anggota keluarga. Dalam keluarga, ibu merupakan anggota
masyarakat yang salah satu perannya adalah mengurus rumah tangganya sehingga
terciptanya lingkungan sehat dalam rumah tangga. Dengan mewujudkan
perilaku yang sehat, maka dapat menurunkan angkakesakitan suatu penyakit dan
angka kematian akibat kurangnya kesadaran dalam pelaksaan hidup bersih dan
sehat serta dapat meningkatkan kesadaran dan kemauan bagi setiap orang
agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
1. Sistem Kesehatan
Sistem
kesehatan menurut WHO adalah sebuah
proses kumpulan berbagai factor kompleks yang berhubungan dengan suatu
Negara,yang di pelukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan kesehatan
perorangan,keluarga,kelompok,dan masyarakat pada setiap saat dibutuhkan.
Dalam
sebuah sistem harus terdapat unsur-unsur input
, proses , output , feedback , impact dan lingkungan.Sistem kesehatan yang
telah di sahkan sesuai SK Menkes bahwa tujuan yang pasti adalah meningkatkan
derajat yang optimal dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan yang sesuai
dengan pembukaan UUD 1945.
Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelanggaraan pembangunan
kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam kerangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Sistem
kesehatan nasional perlu dilaksnakan dalam konteks pembangunan kesehatan secara
keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial seperti : kondisi
kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan,pendapatan keluarga, distribusi
kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, dan kemampuan tenaga
kesehatan mengatasi masalah tersebut.
Sistem
kesehatan nasional disususn dengan memperhatikan pendekatan revitalitas
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi :
·
Cakupan pelayanan kesehatan yang adil
dan merata
·
Pemberian pelayanan kesehatan yang
berpihak kepada rakyat
·
Kebijakan pembangunan kesehatan
·
Kepemimpinan
SKN
juga disususn dengan memperhatikan inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan.
Sistem
kesehatan nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi
koordinasi, integritas, sinkronisasi, dan sinergisme (KISS), baik antar peraku,
antar subsistem SKN , maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN.
Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sector terkait, seperti
pembangunan prasarana,keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan
sector kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.
2 2. Pluralism
Modern
Dalam
ilmu sosial,pluralism adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa
kelompok-kelompok yang menunjukan rasa saling menghormati dan toleransi satu
sama lain.Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta mebuahkan hasil tanpa
konflik asimilasi.
Pluralism
adalah dapat di katakan salah satu cara khas masyarakat modern dan kelompok
sosial yang paling penting dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalam
ilmu pengetahuan masyarakat dan perkembangan ekonomi.
Pada
dasarnya liberalism pemikiran adalah konsekuensi dari proses pluralisasi
masyarakat modern yang makin kompleks yang mendorong keterbukaan komunikasi
antarwarga masyarakat.
3. Tahapan Perspektif
Ada beberapa tahapan prespektif yaitu :
·
Perspektif
biologis
Model medis, yang diilhami oleh para dokter mulai dari Hippocrates hingga kraepelin, tetap memiliki kekuatan yang besar dalam pemahaman kontemporer tentang perilaku abnormal. Model medis mewakili perspektif biologis tentang perilaku abnormal.
1. Sistem saraf
Sistem saraf terbuat dari sel – sel saraf yang disebut neuron. Neuron – neuron saling berkomunikasi satu sama lain, atau menyalurkan pesan. Setiap neuron memiliki badan sel, atau soma, dendrit – dendrit, dan sebuah akson. Badan sel memuat nucleus sel dan memetabolisasi oksigen untuk membawa hasil kerja dari sel. Neuron memancarkan pesan – pesan ke neuron yang lain melalui substansi kimia yang disebut neurotransmiter. Ketidakteraturan dalam kerja system neurotransmitter dikotak berkaitan erat dengan pola – pola perilaku abnormal.
2. Bagian – bagian system saraf
System saraf terdiri dari dua bagian utama, system saraf pusat dan system saraf tepi. Kedua bagian ini juga terbagi – bagi. System saraf pusat terdiri dari otak dan tulang belakang. System saraf tepi tersusun dari saraf – saraf yang menerima dan menyalurkan pesan sensoris ke otak dan tulang belakang, dan menyalurkan pesan dari otak atau tulang belakang ke otot – otot, menyebabkan mereka berkontraksi, dan kekelenjar – kelenjar, menyebabkan mereka mensekresi hormon – hormon.
3. System saraf pusat
Bagian bawah otak, terdiri dari medula, pons, dan serebellum. Banyak saraf yang menghubungkan tulang belakang dengan tingkat otak yang lebih tinggi menjulur melalui medula. Medula memainkan fungsi vital sepeti detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Pons menyalurkan informasi tentang pegerakan tubuh yang terlibat dalam fungsi yang berkaitan dengan perhatian, tidur, dan pernapasan.
Model medis, yang diilhami oleh para dokter mulai dari Hippocrates hingga kraepelin, tetap memiliki kekuatan yang besar dalam pemahaman kontemporer tentang perilaku abnormal. Model medis mewakili perspektif biologis tentang perilaku abnormal.
1. Sistem saraf
Sistem saraf terbuat dari sel – sel saraf yang disebut neuron. Neuron – neuron saling berkomunikasi satu sama lain, atau menyalurkan pesan. Setiap neuron memiliki badan sel, atau soma, dendrit – dendrit, dan sebuah akson. Badan sel memuat nucleus sel dan memetabolisasi oksigen untuk membawa hasil kerja dari sel. Neuron memancarkan pesan – pesan ke neuron yang lain melalui substansi kimia yang disebut neurotransmiter. Ketidakteraturan dalam kerja system neurotransmitter dikotak berkaitan erat dengan pola – pola perilaku abnormal.
2. Bagian – bagian system saraf
System saraf terdiri dari dua bagian utama, system saraf pusat dan system saraf tepi. Kedua bagian ini juga terbagi – bagi. System saraf pusat terdiri dari otak dan tulang belakang. System saraf tepi tersusun dari saraf – saraf yang menerima dan menyalurkan pesan sensoris ke otak dan tulang belakang, dan menyalurkan pesan dari otak atau tulang belakang ke otot – otot, menyebabkan mereka berkontraksi, dan kekelenjar – kelenjar, menyebabkan mereka mensekresi hormon – hormon.
3. System saraf pusat
Bagian bawah otak, terdiri dari medula, pons, dan serebellum. Banyak saraf yang menghubungkan tulang belakang dengan tingkat otak yang lebih tinggi menjulur melalui medula. Medula memainkan fungsi vital sepeti detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Pons menyalurkan informasi tentang pegerakan tubuh yang terlibat dalam fungsi yang berkaitan dengan perhatian, tidur, dan pernapasan.
Serebelum
terlibat dalam keseimbangan dan perilaku motorik.Otak tengah terletak di atas batang otak
dan berisi jalur saraf yang menghubungkan batang otak dengan otak tengah. Area
penting pada bagian depan otak, adalah talamus, menyalurkan informasi sensoris
kedaerah otak yang lebih tinggi. talamus juga terlibat dalam tidur dan
perhatian. Hipotalamus, merupakan struktur kecil yang terletak antara talamus
dan kelenjar pituitary. Hipotalamus penting dalam pengaturan temperature tubuh,
konsentrasi cairan – cairan, penyimpanan nutrisi, dan motivasi serta emosi.
Serebrum, merupakan “mahkota kemenangan” dan bertanggung jawab terhadap bentuk
bulat pada kepala manusia. Permukaan serebrum disebut korteks serebral, pusat
pemikiran perencanaan, dan pelaksanaan dari otak.
4. System saraf tepi
System saraf tepi menghubungkan otak dengan dunia luar. Dua bagian utama system saraf tepi adalah system saraf somatic dan otonomik. System saraf somatic menyalurkan pesan – pesan tentang penglihatan, suara, bau, posisi tubuh, suhu, dan lain –lain ke otak. Para psikolog terutama tertarik pada system saraf otonomik karena aktivitasnya yang berhubugan dengan respon emosional. Seperti detak jantung, pernapasan, pencernaan, dan dilatasi pupil mata. Mengevaluasi perspektif biologis tentang perilaku abnormal. Telah jelas diketahui keterlibatan struktur dan proses biologis dalam berbagai pola perilau abnormal. Faktor – faktor seperti gangguan dalam fungsi neurotransmiter dan abnormalitas otak yang mendasar dikaitkan dengan berbagai gangguan psikologis. Namun demikian, untuk berbagai gangguan lain penyebab yang tepat tetap tidak diketahui. Misalnya faktor genetis atau faktor lingkungan pembuat stress.
System saraf tepi menghubungkan otak dengan dunia luar. Dua bagian utama system saraf tepi adalah system saraf somatic dan otonomik. System saraf somatic menyalurkan pesan – pesan tentang penglihatan, suara, bau, posisi tubuh, suhu, dan lain –lain ke otak. Para psikolog terutama tertarik pada system saraf otonomik karena aktivitasnya yang berhubugan dengan respon emosional. Seperti detak jantung, pernapasan, pencernaan, dan dilatasi pupil mata. Mengevaluasi perspektif biologis tentang perilaku abnormal. Telah jelas diketahui keterlibatan struktur dan proses biologis dalam berbagai pola perilau abnormal. Faktor – faktor seperti gangguan dalam fungsi neurotransmiter dan abnormalitas otak yang mendasar dikaitkan dengan berbagai gangguan psikologis. Namun demikian, untuk berbagai gangguan lain penyebab yang tepat tetap tidak diketahui. Misalnya faktor genetis atau faktor lingkungan pembuat stress.
·
Perspektif
psikologis
1. Model – model psikodinamika
Teori psikodinsmiks didasarkan pada kontribusi Sigmund freud dan para pengikutnya. Model psikodinamika ini didasarkan pada keyakinan bahwa masalah psiologis adalah akibat dari konflik psikologis diluar alam sadar yang dapat dilacak pada masa kecil.
2. Model – model belajar
Teori psikologi lain yang relevan juga terbentuk diawal abad 20 adalah perspektif behavioral. Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan perilaku normal atau abnormal. Dari perspektif belajar, perilaku abnormal mencerminkan perolehan, atau pembelajaran dari perilaku yang tidak sesuai dan tidak adaptif. Dari pandangan belajar, perilaku abnormal bukanlah sintomatik dari apapun. Perilaku abnormal itu sendiri merupakan masalah. Perilaku abnormal dianggap sebagai sesuatu yang dipelajari dengan cara yang sama sebagaimana perilaku normal. Watson dan teoretikus behavioristik lainnya, meyakini bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan. Sebagaimana freud, Watson tidak menggunakan konsep kebebasan pribadi, pilihan, dan self-direktion. Teoritikus behavioristik melihat kita sebagai hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi perilaku kita. bagi Watson, keyakinan bahwa kita memiliki kehendak yang bebas ditentukan oleh lingkungan. Watson berfokus pada peran dari dua bentuk utama dari belajar dalam membentuk perilaku normal dan abnormal yaitu, classacal conditioning dan operant conditioning.
1. Model – model psikodinamika
Teori psikodinsmiks didasarkan pada kontribusi Sigmund freud dan para pengikutnya. Model psikodinamika ini didasarkan pada keyakinan bahwa masalah psiologis adalah akibat dari konflik psikologis diluar alam sadar yang dapat dilacak pada masa kecil.
2. Model – model belajar
Teori psikologi lain yang relevan juga terbentuk diawal abad 20 adalah perspektif behavioral. Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan perilaku normal atau abnormal. Dari perspektif belajar, perilaku abnormal mencerminkan perolehan, atau pembelajaran dari perilaku yang tidak sesuai dan tidak adaptif. Dari pandangan belajar, perilaku abnormal bukanlah sintomatik dari apapun. Perilaku abnormal itu sendiri merupakan masalah. Perilaku abnormal dianggap sebagai sesuatu yang dipelajari dengan cara yang sama sebagaimana perilaku normal. Watson dan teoretikus behavioristik lainnya, meyakini bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan. Sebagaimana freud, Watson tidak menggunakan konsep kebebasan pribadi, pilihan, dan self-direktion. Teoritikus behavioristik melihat kita sebagai hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi perilaku kita. bagi Watson, keyakinan bahwa kita memiliki kehendak yang bebas ditentukan oleh lingkungan. Watson berfokus pada peran dari dua bentuk utama dari belajar dalam membentuk perilaku normal dan abnormal yaitu, classacal conditioning dan operant conditioning.
3. Model – model humanistic
Suatu kekuatan ketiga dalam psikologi modern muncul pada abad pertengahan ke 20, yaitu psikologi humanistic. Para teoritikus humanistic seperti carl rogers (1902 – 1987) dan Abraham maslow (1908 – 1970) meyakini bahwa perilaku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik – konflik yang tidak disadari maupun conditioning yang sederhana. Teori ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat bahwa perilaku manusia semata – mata ditentukan oleh factor diluar dirinya, para teoritikus melihat orang sebagai aktor dalam drama kehidupan, bukan reactor terhadap insting atau tekanan lingkungan. Mereka berfokus pada pentingnya pengalaman disadari yang bersifat subjektif dan self direktion humanistic. Psikologi humanistic berhubungan erat dengan aliran filosofis eropa yang disebut sebagai eksistensialisme. Para eksistenssialis meyakini bahwa kemanusiaan kita membuat kita bertanggung jawab atas arah yang akan diambil dalam kehidupan kita.
Para humanis mempertahankan bahwa orang memiliki kecenderungan untuk melakukan self -actualization untuk berjuang menjadi apa yang mereka mampu. Tiap orang memiliki serangkaian perangai dan bakat – bakat yang mendasari perasaan dan kebutuhan individual serta memberikan perspektif yang unik dalam hidup kita. Meski pada akhirnya tiap manusia mati, namun masing – masing dapat mengisi kehidupan dengan penuh arti dan tujuan apabila kita mengenali dan menerima kebutuhan dan perasaan terdalam kita. Untuk memahami perilaku abnormal dalam pandangan humanistic, kita perlu untuk memahami penghambat yang dihadapi orang dalam berjuang mencapai self-actualization dan keautentikan. Untuk mencapai hal ini, psikolog harus belajar memandang dunia dari perspektif klien. Karena pandangan subyektif klien tentang dunianya sendiri menginterpretasi dan mengevaluasi pengalaman mereka baik dengan cara yang bersifat self-enhancing atau self-defeating.
4. Model-model kognitif
Kata kognif berasal dari kata latin cognition,yang berarti pengetahuan. para teorinitis kognitif mempelajari kognisi (pikiran-pikiran), keyakinan, harapan, dan sikap-sikap yang menyertai dan mungkin mendasari perilaku abnormal.mereka berfokus pada bagaimana realitas diwarnai oleh harapan-harapan dan sikap kita dan bagaimana tidak akurat atau biasnya pemprosesan informasi tentang dunia dan tempat kita di dalamnya dapat menimbulkan perilaku abnormal. Para teoritis kognitif menyakini bahwa interpretasi kita dalam kehidupan kita dan bukan peristiwa itu sendiri,menentukan keadaan emosional kita. Beberapa model kognitif yang paling menonjol dari pola-pola perilaku abnormal adalah pendekatan pemprosen informasi dan model-model yang dikembangkan oleh psikolog Albert Ellis dan psikiater Aaron Beck.
Suatu kekuatan ketiga dalam psikologi modern muncul pada abad pertengahan ke 20, yaitu psikologi humanistic. Para teoritikus humanistic seperti carl rogers (1902 – 1987) dan Abraham maslow (1908 – 1970) meyakini bahwa perilaku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik – konflik yang tidak disadari maupun conditioning yang sederhana. Teori ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat bahwa perilaku manusia semata – mata ditentukan oleh factor diluar dirinya, para teoritikus melihat orang sebagai aktor dalam drama kehidupan, bukan reactor terhadap insting atau tekanan lingkungan. Mereka berfokus pada pentingnya pengalaman disadari yang bersifat subjektif dan self direktion humanistic. Psikologi humanistic berhubungan erat dengan aliran filosofis eropa yang disebut sebagai eksistensialisme. Para eksistenssialis meyakini bahwa kemanusiaan kita membuat kita bertanggung jawab atas arah yang akan diambil dalam kehidupan kita.
Para humanis mempertahankan bahwa orang memiliki kecenderungan untuk melakukan self -actualization untuk berjuang menjadi apa yang mereka mampu. Tiap orang memiliki serangkaian perangai dan bakat – bakat yang mendasari perasaan dan kebutuhan individual serta memberikan perspektif yang unik dalam hidup kita. Meski pada akhirnya tiap manusia mati, namun masing – masing dapat mengisi kehidupan dengan penuh arti dan tujuan apabila kita mengenali dan menerima kebutuhan dan perasaan terdalam kita. Untuk memahami perilaku abnormal dalam pandangan humanistic, kita perlu untuk memahami penghambat yang dihadapi orang dalam berjuang mencapai self-actualization dan keautentikan. Untuk mencapai hal ini, psikolog harus belajar memandang dunia dari perspektif klien. Karena pandangan subyektif klien tentang dunianya sendiri menginterpretasi dan mengevaluasi pengalaman mereka baik dengan cara yang bersifat self-enhancing atau self-defeating.
4. Model-model kognitif
Kata kognif berasal dari kata latin cognition,yang berarti pengetahuan. para teorinitis kognitif mempelajari kognisi (pikiran-pikiran), keyakinan, harapan, dan sikap-sikap yang menyertai dan mungkin mendasari perilaku abnormal.mereka berfokus pada bagaimana realitas diwarnai oleh harapan-harapan dan sikap kita dan bagaimana tidak akurat atau biasnya pemprosesan informasi tentang dunia dan tempat kita di dalamnya dapat menimbulkan perilaku abnormal. Para teoritis kognitif menyakini bahwa interpretasi kita dalam kehidupan kita dan bukan peristiwa itu sendiri,menentukan keadaan emosional kita. Beberapa model kognitif yang paling menonjol dari pola-pola perilaku abnormal adalah pendekatan pemprosen informasi dan model-model yang dikembangkan oleh psikolog Albert Ellis dan psikiater Aaron Beck.
·
Perspektif
sosiokultural
Para teoritikus sosiokultural mencari penyebab perilaku abnormal yang mungkin terletak pada kegagalan masyarakat daripada orang yang mengalami. Beberapa teoritikus sosiokultural yang lebh radikal, seperti Thomas Szasz, bahkan menyangkal adanya gangguan psikologis atau sakit mental. Szasz menyatakan bahwa tidak normal hanya sekedar label yang dilekatkan oleh masyarakat oleh orang-orang yang memiliki perilaku yang menyimpang dari norma social yang dapat diterima. Menurutnya label ini digunakan memberikan stigma dan menepikan penyimpangan social. Di atas kita telah menelaah hubungan antara pola-pola perilaku abnormal dan perilaku sosioabnormal.
Para teoritikus sosiokultural mencari penyebab perilaku abnormal yang mungkin terletak pada kegagalan masyarakat daripada orang yang mengalami. Beberapa teoritikus sosiokultural yang lebh radikal, seperti Thomas Szasz, bahkan menyangkal adanya gangguan psikologis atau sakit mental. Szasz menyatakan bahwa tidak normal hanya sekedar label yang dilekatkan oleh masyarakat oleh orang-orang yang memiliki perilaku yang menyimpang dari norma social yang dapat diterima. Menurutnya label ini digunakan memberikan stigma dan menepikan penyimpangan social. Di atas kita telah menelaah hubungan antara pola-pola perilaku abnormal dan perilaku sosioabnormal.
·
Perspektif
biopsikososial
Banyak teoritikus masa kini yang mengadopsi perspektif biopsikososial yang memandang bagaimana berbagai factor-faktor yang mewakili ranah-ranah biologis, psikologis, dan sosiokultural berinteraksi dalam berkembangnya gangguan tertentu. Kita baru mulai menggali interaksi yang tidak tampak dan sering kali kompleks, dari berbagai factor yang menyebakan pola-pola perilaku yang abnormal. Perspektif biopsikososial mengundang kita bagaimana factor-faktor biologis, psikologis, tekait dengan berkembangnya pola-pola perilaku abnormal. Untuk beberapa gangguan, penyebabnya mungkin terutama atau bahkan secra eksklusif adalah bersifat biologis.
Banyak teoritikus masa kini yang mengadopsi perspektif biopsikososial yang memandang bagaimana berbagai factor-faktor yang mewakili ranah-ranah biologis, psikologis, dan sosiokultural berinteraksi dalam berkembangnya gangguan tertentu. Kita baru mulai menggali interaksi yang tidak tampak dan sering kali kompleks, dari berbagai factor yang menyebakan pola-pola perilaku yang abnormal. Perspektif biopsikososial mengundang kita bagaimana factor-faktor biologis, psikologis, tekait dengan berkembangnya pola-pola perilaku abnormal. Untuk beberapa gangguan, penyebabnya mungkin terutama atau bahkan secra eksklusif adalah bersifat biologis.
4.
Sektor Popular Bangsa
dan Propesional
Kelainan
menggambarkan 2 sektor yang saling melengkapi perawatan kesehatan diungkapkan
oleh Helman (1990) dalam Smet (1994) :
·
Sektor
awam atau populer adalah domain masyarakat yang tidak professional pada sector
ini lah pertama kali kesakitan di kenali dan di tentukan.Hal ini melibatkan
keluarga,teman dan tetangga
·
Sektor
tradisional menempati posisi tengah antara sektor awam dan sector professional
.Sektor tradisional ini terdiri dari orang-orang yang mepunyai spesialisasi di
bidang penyembuhan,baik suci atau
sekuler maupun campuran dari keduanya.
5. Klasifikasi Lain Mengenai Sistem Kesehatan
Suatu
“sistem” dapat dipahami sebagai pengaturan komponen dan mempunyai hubungan
dimana bersama sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Roemer (1991) mendefinisikan
sistem kesehatan sebagai "kombinasi sumber daya, organisasi, pembiayaan
dan manajemen yang berujung pada pelayanan kesehatan bagi penduduk."
Sehingga dapat dilihat bahwa sistem kesehatan merupakan suatu kesatuan yang
didalamnya terdapat komponen komponen seperti pasien, keluarga, masyarakat,
Departemen kesehatan, penyedia pelayanan kesehatan, organisasi pelayanan
kesehatan, perusahaan farmasi, perusahan pembiayaan kesehatan seperti asuransi,
dan oraganisasi lainnya yang mempunyai peranan penting. Semua itu mempunyai
hubungan dalam mencapai tujuan yaitu sama sama mningkatkan kesehatan
masyarakat. Dari bagian atau komponen komponen tersebut mempunyai fungsinya
masing-masing meliputi :
·
Pengawasan misalnya membuat kebijakan dan
peraturan serta bagaimana menilai peraturan dan kebijakan itu berjalan apakah
sudah sesuai dengan target atau masih dibawah target.
·
Penyedia layanan kesehatan bertugas
untuk menyediakan layanan klinis yang memadai serta dapat ditunjang dengan
promosi kesehatan yang mencakup dari kelompok sampai ke individu.
·
Pembiayaan Pembiayaan kesehatan
bersumber dari berbagai sumber, yakni: Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta,
organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pembiayaan
kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang
peran yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka
mencapai berbagai tujuan pembangunan kesehatan. salah satunya adalah pelayanan
kesehatan apakah berkerjasama dengan asuransi untuk mempermudah dan membuat
pasien yang berobat merasa nyaman karena tidak memikirkan biaya ketika mereka
sakit
·
Pengelolaan sumber daya misalnya
bagamana suatu obat dapat mencukupi suatu pelayanan kesehatan,distribusinya
tidak terhambat, serta tidak dimonopoli oleh salah satu perusahaan obat.
Pembiayaan penting pula dalam memenuhi peralatan medis, namun yang tidak kalah
penting adalah bagaimana dalam mengelola alat tersebut agar dapat digunakan
sesuai manfaatnya.
WHO
mendefinisikan kembali tujuan utama dalam definisi suatu sistem kesehatan
“adalah"semua kegiatan yang tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan,
memulihkan, dan menjaga kesehatan.", definisi "tujuan" telah
diperpanjang mencakup pencegahan kemiskinan karena karena sakit. Sistem
kesehatan yang berfungsi dengan baik adalah penting untuk mencapai Millenium
Development Goals (MDGs) 2015. Di negara yang sedang berkembang banyak
menghadapi tantangan dan masalah dalam membangun dan melaksanakan sistem
kesehatan seperti pembiayaan yang tidak memadai, kurangnya koordinasi antar
lembaga, buruknya sistem informasi, kurangnya tenaga kesehatan.
Kurangnya
tenaga kesehatan akan membatasi kemampuan suatu negara untuk mencapai MDGs,
karena kekurang tenaga kesehatan akan berdampak pada melemahnya sistem
penyampaian layanan kesehatan. Sebagai contoh di 15 negara di sub sahara Afrika
hanya ada lima atau kurang dokter sehingga kira kira 1 dokter menangani 100.000
orang
Sistem kesehatan
dikenal sebaga sistem yang terbuka sehingga sangat rentan terhadap faktor
faktor yang berpengaruh diluar faktor kesehatan sendiri ada beberapa faktor
yang dapat memepengaruhi suatu sistem kesehatan dalam masyarakat seperti
kemiskinan, pendidikan, infrastruktur dan lingkungan social & politik.
Perkembangan
global, regional, dan nasional yang dinamis akan mempengaruhi pembangunan suatu
negara, termasuk pembangunan kesehatannya. Hal ini merupakan faktor eksternal
utama yang mempengaruhi proses pembangunan kesehatan. Faktor lingkungan
strategis dapat dibedakan atas tatanan global, regional, nasional, dan lokal,
serta dapat dijadikan peluang atau kendala bagi sistem kesehatan di Indonesia.
6. Hubungan Antara Pengobatan Tradisional dan
Biomedical
Di dalam suatu ilmu kesehatan untuk menyembuhkan suatu
penyakit ada dua macam pengobatan, yaitu pengobatan modern dan pengobatan
tradisional.
Pengobatan - pengobatan ini sangat berbeda satu sama lain.
Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan dengan cara - cara modern /
ilmiah atau telah diuji cobakan dengan sebuah penelitian dan dapat di pertanggung
jawabkan.
Namun, dari cara pembuatan, obat modern memiliki sedikit keunggulan karena dibuat dengan mesin dan pada umumnya dilakukan secara terukur dan melalui proses percobaan yang terkontrol. Dengan demikian, sterilisasi atau faktor kebersihan obat modern jauh lebih terjaga. Obat-obatan modern juga dibuat dengan menambahkan beberapa zat kimia sehingga bukan mustahil akan ada efek samping setelah mengkonsumsinya obat jenis ini.
Namun, dari cara pembuatan, obat modern memiliki sedikit keunggulan karena dibuat dengan mesin dan pada umumnya dilakukan secara terukur dan melalui proses percobaan yang terkontrol. Dengan demikian, sterilisasi atau faktor kebersihan obat modern jauh lebih terjaga. Obat-obatan modern juga dibuat dengan menambahkan beberapa zat kimia sehingga bukan mustahil akan ada efek samping setelah mengkonsumsinya obat jenis ini.
Pengobatan modern
relatif lebih mahal karena bahan baku obat–obatannya sangat mahal dan harganya
sangat tergantung pada banyak komponen.
Obat Tradisional adalah obat yang dibuat dari tumbuhan yang diolah dengan cara yang sangat sederhana dan membutuhkan tenaga manusia yang sangat besar.
Keunggulan yang diperoleh dalam menggunakan ramuan tradisional, yaitu pada umumnya, harga ramuan tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat–obatan buatan pabrik, bahan ramuan tradisional sangat mudah didapatkan di sekitar lingkungan, bahkan dapat ditanam sendiri untuk persediaan keluarga, pengolahan ramuannya juga tidak rumit, sehingga dapat dibuat di dapur sendiri tanpa memerlukan peralatan khusus dan biaya yang besar.
Penggunaan ramuan tradisional memiliki efek samping negatif yang sangat kecil jika dibandingkan dengan obat–obatan medis modern. Hal ini dikarenakan, bahan baku ramuan tradisional sangat alami atau tidak bersifat sintetik. Meskipun demikian, obat herbal yang baru tetap harus melewati uji klinis yang sama dengan obat-obatan sintetik. Selama mengikuti takaran yang dianjurkan, proses pembuatannya higienis, dan cara penyimpanan yang baik, maka efek samping negatif ramuan tradisional ini tidak perlu dikhawatirkan.
Hubunganan di antara pengobatan alternatif dengan pengobatan modern bukanlah hubungan yang bersaing. Pengobatan kedua-duannya hidup saling berdampingan dan bersama-sama menyediakan pilihan pengobatan untuk bermacam-macam penyakit.
Obat Tradisional adalah obat yang dibuat dari tumbuhan yang diolah dengan cara yang sangat sederhana dan membutuhkan tenaga manusia yang sangat besar.
Keunggulan yang diperoleh dalam menggunakan ramuan tradisional, yaitu pada umumnya, harga ramuan tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat–obatan buatan pabrik, bahan ramuan tradisional sangat mudah didapatkan di sekitar lingkungan, bahkan dapat ditanam sendiri untuk persediaan keluarga, pengolahan ramuannya juga tidak rumit, sehingga dapat dibuat di dapur sendiri tanpa memerlukan peralatan khusus dan biaya yang besar.
Penggunaan ramuan tradisional memiliki efek samping negatif yang sangat kecil jika dibandingkan dengan obat–obatan medis modern. Hal ini dikarenakan, bahan baku ramuan tradisional sangat alami atau tidak bersifat sintetik. Meskipun demikian, obat herbal yang baru tetap harus melewati uji klinis yang sama dengan obat-obatan sintetik. Selama mengikuti takaran yang dianjurkan, proses pembuatannya higienis, dan cara penyimpanan yang baik, maka efek samping negatif ramuan tradisional ini tidak perlu dikhawatirkan.
Hubunganan di antara pengobatan alternatif dengan pengobatan modern bukanlah hubungan yang bersaing. Pengobatan kedua-duannya hidup saling berdampingan dan bersama-sama menyediakan pilihan pengobatan untuk bermacam-macam penyakit.
Dalam bidang alternatif ada sifat yang bisa menyediakan
bidang medikal dan sebaliknya. Jadi untuk pemilihan obat yang baik pilihlah
obat yang berkhasiat seperti obat Tradisional tapi tetap terjaga mutu dan
kebersihannya seperti obat Modern.Bahan-Bahan Alami Pengobatan Tradisional
Didalam kehidupan perawatan kesehatan merupakan sesuatu yang mahal,apabila kita terserang suatu penyakit tidak segera ditangani dengan benar maka akan dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari termasuk ekonomi keluarga.
Didalam kehidupan perawatan kesehatan merupakan sesuatu yang mahal,apabila kita terserang suatu penyakit tidak segera ditangani dengan benar maka akan dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari termasuk ekonomi keluarga.
Akibat krisis ekonomi yang terjadi selama ini juga
berpengaruh pada kenaikan harga obat-obatan. Oleh karena itu tidak ada salahnya
apabila kita mencoba penanganan kesehatan dengan pengobatan tradisioanal yang
menggunakan bahan-bahan alami tanpa efek samping dan juga dari segi biaya lebih
ekonomis.kita bisa memanfaatkan berbagai jenis tanaman untuk penanganan
kesehatan kita. Maka dari itu informasi dan wawasan tentang pengobatan
tradisional sangat diperlukan untuk dapat memanfaatkan tanaman yang sering kita
jumpai di sekitar kita. Boleh jadi pemakaian ramuan bahan-bahan ini bisa
membantu meringankan penderitaan sebebelum seseorang memperoleh pelayanan
kesehatan yang tepat. Berikut bahan-bahan alami yang dijadikan sebagai
pengobatan tradisioanal, antara lain :
1. Jamblang
1. Jamblang
jamblang
mengandung asam galat yang mampu mengerutkan saluran kencing. Selain itu, kandungan
glukosida phytomelin mempercepat penyembuhan luka. Zat tanin pada biji jamblang
bermanfaat untuk menurunkan kolesterol. Kegunaan : diabetes, ngompol, diare
karena masuk angin,dll.
Catatan : Jangan terlalu banyak makan buah jamblang karena akan susah buang air seni.
2. Bayam
Catatan : Jangan terlalu banyak makan buah jamblang karena akan susah buang air seni.
2. Bayam
bayam, terutama
bayam merah, terkenal mengandung zat besi yang tinggi yang berkhasiat menambah
darah. Selain itu, bayam juga mengandung vitamin A, B, C, dan K, kalium serta
fosfor. Kegunaan : anemia, disentri, ambien, demam, melancarkan ASI,
mengencerkan dahak, menguatkan lever, digigit serangga, kena ulat bulu, dll.
3. Kangkung
3. Kangkung
kangkung
bersifat, antiracun, antiradang, peluruh kencing, menghentikan perdarahan, sedatif
( obat tidur ). Kangkung juga besifat menyejukkan dan menenangkan. Kangkung
mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, dan
sitosterol. Kegunaan : mengurangi haid, sakit kepala, mimisan, ambeien,
insomni, sakit gigi, melancarkan air seni, ketombe, sembelit, mual bagi ibu
hamil ,sariawan,gusi bengkak, dll.
4. Kemangi
4. Kemangi
daun
kemangi mempunyai daya penenang dan mengeluarkan gas-gas dari tubuh. Daunnya
juga sering dipakai untuk bumbu hidangan daging ataupun ikan. Kemangi
mengandung zat minyak atsiri, protein, kalsium, fosfor, besi, belerang, dan
lain-lain. Kegunaan : panu, diare dan muntah, sariawan, bau nafas, bau mulut,
bau keringat, dll.
5. Kayu Putih
5. Kayu Putih
daunnya
mengandung minyak atsiri, sineol, melaleucin dan buahnya mengandung zat tanin.
Bersifat diaforetik, menghilangkan rasa sakit, membunuh kuman, mengencerkan
dahak, dan antikejang. Kegunaan : perut kembung, keriput pada kulit perut (bagi
wanita sehabis melahirkan), batuk, demam/mencegah stuip (pada anak), flu,
kejang (pada bayi), masuk angin, dll.
B.
Faktor
Sosial Budaya Dalam Kesehatan-Penyakit
Manusia
adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga
membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat.dengan definisi
tersebut,Ternyata pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak
sehingga untuk lebih konkretnya maka ada beberapa unsur masyarakat,unsur
masyarakat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu:kesatuan sosial dan pranata
sosial.kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan dari kesatuan-kesatuan
individu yang berinteraksi dengan kehidupan masyarakat.sedangkan yang dimaksud
pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar
pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.norma-norma tersebut
memberikan Petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat.
Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa
perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun
tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam
suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh
masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Indonesia
yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak budaya dalam
masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat
berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat dianggap
budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika
permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya.
Salah
satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya,
bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan
kegiatan masayarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah
terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan
memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai
budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan
kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah
naiknya derajat kesehatan masyarakat.
Pengaruh
sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut
telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan
budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan
antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah
satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara
pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat
membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala
masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga
kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka
mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan
keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat
L.Blum
menjelaskan terdapat empat factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya derajat
kesehatan suatu masyarakat yaitu :
1) Faktor
lingkungan/Environment
Contoh: Akses terhadap air
bersih,jamban/tempat BAB,Sampah,Lantai Rumah,Breeding pplaces,Polusi sanitasi
tempat umum,bahan beracun berbahaya (B3),kebersihan TPU (tempat pelayanan
umum).
2) Faktor
perilaku/life styles
Contoh: Alcohol ,rokok, promiscuity :tempat-tempat
beresiko,narkoba,olah raga dan helath seeking behavior : kalau tidak sakit
parah tidak akan pergi ke puskesmas
3) Faktor
pelayanan kesehatan/Medical care services
Contoh:ketersediaan sarana dan prasarana
kesehatan (balai pengobatan) maupun rujukan (rumah sakit), ketersediaan
tenaga,peralatan kesehatan bersumberdaya masyarakat, kinerja/cakupan serta
pembiayaan/anggaran.
4) Factor
herediter atau kependudukan/Heredity
Contoh:penyakit-penyakit yang sifatnya
turunan dan mempengaruhi sumberdaya masayarakat, jumlah penduduk dan
pertumbuhan penduduk serta jumlah kelompok khusus/rentan: bumil,persalian,bayi,
dll
2 2. Kaitan Sosial Budaya Dengan
Kesehatan
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah.yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang b
erkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga
kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan
sangat erat hubunganya dengan masyarakat,Melville J Herskovits dan Bronislaw
Molinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdaptat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determisims.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain,yang kemudian di sebut super organic. Menurut Andreas
Eppink,kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,nilai,norma,ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,religius dan
lain-lain,tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi
ciri khas suatu masyarakat menurut Edward B.Tylor,kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan,kepercayaan,kesenian,moral,hokum,adat istiadat dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,kebudayaan adalah
sarana hasil karya,rasa dan cipta masyarakat.
Megacu
pada esensi budaya, nialai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan
akan keberadaannya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan
bagian budaya yang ditemukan secara
universal . dan budaya pula, hidup sehat dapat sitelususri melalui keomponen
pemahaman tentang sehat,sakit,serita akibat penyakit,cacat dan kematian,nilai
yang dilaksanakan dan di percaya serta diyakni itu,sesuai dengan pemahaman
masyarakat sesuai dengan kebudayaan dan teknologi yang masyarakat miliki.
Pemahaman
terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap masyarakat
tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika
pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembangan,kebudayaan memaksa
masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis
penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien.
Kemudian perpaduan antara pengalaman empirical dengan konsep
kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan
konsep sehat tradisional secara kuratif (Rusli Ngatimin,2005)
3. Kaitan Teori Blum Dengan Status Kesehatan Masyarakat
Konsep
hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi
sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga
spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat
seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L
Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya
masalah kesehatan.
Keempat
faktor tersebut terdiri dari faktor
perilaku/gaya hidup (life style),faktor lingkungan (sosial,
ekonomi, politik, budaya), faktor
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut
saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat
kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan
faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul
dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih
dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia
juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
Di
zaman yang semakin maju seperti sekarang ini maka cara pandang kita terhadap
kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila dahulu kita mempergunakan paradigma
sakit yakni kesehatan hanya dipandang sebagai upaya menyembuhkan orang yang
sakit dimana terjalin hubungan dokter dengan pasien (dokter dan pasien). Namun
sekarang konsep yang dipakai adalah paradigma sehat, dimana upaya kesehatan
dipandang sebagai suatu tindakan untuk menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan individu ataupun masyarakat (SKM dan masyarakat).
Dengan
demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola hidup sehat seseorang
secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari
sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang
berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam hal ini memegang kendali dominan
dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter dengan pasien hanya sebatas
individu dengan individu tidak secara langsung menyentuh masyarakat luas.
Ditambah lagi kompetensi dalam memanagement program lebih dikuasai lulusan SKM
sehingga dalam perkembangannya SKM menjadi ujung tombak program kesehatan di
negara-negara maju.
Untuk
negara berkembang seperti Indonesia justru, paradigma sakit yang digunakan.
Dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada penyembuhan pasien sehingga
terlihat jelas peranan dokter, perawat dan bidan sebagai tenaga medis dan
paramedis mendominasi. Padahal upaya semacam itu sudah lama ditinggalkan karena
secara financial justru merugikan Negara. Anggaran APBN untuk pendanaan
kesehatan diIndonesiasemakin tinggi dan sebagian besar digunakan untuk upaya
pengobatan seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan pembangunan gedung.
Seharusnya untuk meningkatan derajat kesehatan kita harus menaruh perhatian
besar pada akar masalahnya dan selanjutnya melakukan upaya pencegahannya. Untuk
itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada upaya preventif (pencegahan)
bukannya curative (pengobatan).
Namun
yang terjadi anggaran untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui program
promosi dan preventif dikurangi secara signifikan. Akibat yang ditimbulkan
adalah banyaknya masyarakat yang kekurangan gizi, biaya obat untuk puskesmas meningkat,
pencemaran lingkungan tidak terkendali dan korupsi penggunaan askeskin. Dampak
sampingan yang terjadi tersebut dapat timbul karena kebijakan kita yang keliru.
KONSEP BLUM
Semua
Negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga kesehatan warga
negaranya. Untuk Negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Sehingga asupan makanan anak-anak mereka begitu dijaga
dari segi gizi sehingga akan melahirkan keturunan yang berbobot. Kondisi yang
berseberangan dialamiIndonesiasebagai Negara agraris, segala regulasi
pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada penanggulangan kekurangan gizi
masyarakatnya. Bahkan dilematisnya banyak masyarakatkotayang mengalami
kekurangan gizi. Padahal dari hasil penelitian membuktikan wilayahIndonesiapotensial
sebagai lahan pangan dan perternakan karena wilayahnya yang luas dengan
topografi yang mendukung.Adaapa dengan pemerintah?. Satu jawaban yang pasti
seringkali dalam analisis kesehatan pemerintah kurang mempertimbangkan pendapat
ahli kesehatan masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang dibuat cuma
dari sudut pandang kejadian sehat-sakit.
Dalam
konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling
keterkaitan berikut penjelasannya :
·
Perilaku masyarakat
Perilaku
masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk
mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan
sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga
kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju satu
misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang
memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan
masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan
menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan
peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk
menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan
sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model
harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
·
Lingkungan
Berbicara
mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan
yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya
penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya
penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan
tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung
jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas
sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana berperan besar dalam
mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan lingkungan masyarakat. namun
dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga kesehatan lingkungan sangat terbatas
padahal banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam
berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
Disamping
lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk
sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu
dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang
buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
·
Pelayanan kesehatan
Kondisi
pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan
posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu
dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas
sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar
perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan
edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai
manager yang memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam
menyusun program-program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan
penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh
sakit.
Banyak
kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah,
malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung
karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah
dicegah asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi
lingkungan dan kesehatannya.
·
Genetik
Seperti
apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan itu menjadi kunci
dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh
kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan
kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki
kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam
hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah
perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih
banyak saja anakIndonesiayang status gizinya kurang bahkan buruk. Padahal
potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah program penanggulangan
kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan.
Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan
berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat
dan cepat dapat tertangani.
Program
pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus dijalankan,
terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan masyarakatnya rendah.
Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus rutin dilakukan. Hal ini
untuk mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan saja pada gizi kurang
kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas generasi mendatang
sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.
4. Upaya-upaya untuk Meningkatkan Status Kesehatan
Masyarakat
Kesehatan
merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran
penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus
dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah
salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Kondisi
umum kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan
manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang
diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di
hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh
Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas
keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut
terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau
oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak transportasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang terdapat di
hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan
perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.
Ketersediaan
mutu, keamanan obat, dan perbekalan kesehatan masih belum optimal serta belum
dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Dalam hal tenaga kesehatan,
Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga kesehatan yang
diperlukan. Permasalahan besar tentang SDM adalah inefisiensi dan inefektivitas
SDM dalam menanggulangi masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM kesehatan telah
meningkat, tetapi masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 dan variasinya
antar daerah masih tajam. Dengan produksi SDM kesehatan dari institusi
pendidikan saat ini, target tersebut sulit untuk dicapai.
Masalah Kesehatan
Masyarakat di Indonesia
Dewasa
ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak karena dampaknya
akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa
yang akan datang. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan
15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%.
Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang
sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak
mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran,
peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85%
masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya
tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan paradigma
dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang
dihadapi dalam pembangunan kesehatan antara lain :
Status kesehatan
penduduk miskin masih rendah.
Beban ganda
penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit
infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit
tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang
bersamaan (double burden)
Kualitas,
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
Terbatasnya
tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
Perilaku
masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
Kinerja pelayanan
kesehatan yang rendah.
Rendahnya
kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan juga
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan
merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan
kewilayahan.
Lemahnya
dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia,
standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional,
kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
Strategi
Paradigma Kesehatan
Paradigma
berkembang sebagai hasil pemikiran dalam kesadaran manusia terhadap
informasi-informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun dari
penelitian. Memasuki era reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan
pola pikir dan konsep dasar strategis pembangunan kesehatan dalam bentuk
paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung menggunakan
paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya pengobatan (kuratif) terhadap
masyarakat Indonesia.
Perubahan
paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah kesehatan di
waktu yang lalu, membuat kita melihat kembali prioritas dan penekanan program
dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk yang akan menjadi pelaku utama dan
mempertahankan kesinambungan pembangunan. Indonesia yang menjadi sumber daya
manusia sehat dan produktif harus berpikir dan agak berbeda dengan apa yang
kita lakukan sekarang. Pembangunan penduduk yang sehat tidak bisa dilakukan
melalui pengobatan yang sedikit saja. Perubahan paradigma perlu dilakukan
adalah paradigma atau konsep yang semula menekankan pada penyembuhan penyakit
berupa pengobatan dan meringankan beban penyakit diubah ke arah upaya
peningkatan kesehatan dari sebagian besar masyarakat yang belum jatuh sakit
agar bisa lebih berkontribusi dalam pembangunan.
Paradigma
sehat mempunyai orientasi dimana upaya peningkatan kesehatan masyarakat dititik
beratkan pada :
Promosi
kesehatan, peningkatan vitalitas penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih
tahan terhadap penyakit melalui olah raga, fitness dan vitamin.
Pencegahan
penyakit melalui imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak.
Pencegahan
pengendalian penanggulangan, pencemaran lingkungan serta perlindungan
masyarakat terhadap pengaruh buruk (melalui perubahan perilaku).
Memberi
pengobatan bagi penduduk yang sakit, (15%) melalui pelayanan medis.
Paradigma sehat
merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk semua sehat di tahun 2010,
dimana mengarah kepada mempertahankan kondisi sehat dan tidak sakit dan produktif
yang dikenal dengan upaya promotif dan preventif ketimbang upaya kuratif yang
hanya menekankan pada upaya penanganan orang-orang sakit.
Upaya Program
Kesehatan
Dalam
upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program kesehatan yang
lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan
kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan
yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya
kesehatan. Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
Mempersiapkan
bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun mendatang.
Meningkatkan
produktivitas sumber daya manusia yang ada.
Melindungi
masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif
dengan pendekatan pro-aktif.
Memberi
pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
Promosi
kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya secara penuh
(peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan
terhadap penyakit.
Pencegahan
penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga melindungi
masyarakat dari pencemaran.
Pencegahan,
pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta perlindungan
masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)
Penggerakan
peran serta masyarakat.
Penciptaan
lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja secara sehat.
Pendekatan multi
sektor dan inter disipliner.
Pengembangan
kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan kesehatan masyarakat
luas (tidak merokok di tempat umum).
Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
Upaya
kesehatan seperti tersebut di atas tidak lain merupakan bentuk-bentuk pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada upaya pencegahan yang sesuai dengan konsep
paradigma baru.
Perubahan
paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-preventif
dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik
balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program
kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar
penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan di masa datang harus mampu menciptakan
dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif sehingga obsesi upaya
kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan
yang cukup.
Upaya Tenaga
Kesehatan
Peranan
dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan
penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Sebaliknya tenaga kesehatan yang
menekankan masalah preventif dan promotif adalah sarjana kesehatan masyarakat
yang juga sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang
sehat memerlukan pendekatan holistik yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan
terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual. Tenaga kesehatan
harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan
kerja sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem pelayanan kesehatan yang
efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan
hidup sehat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting
adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan
bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana
yang ada pada mereka.
5. Aspek sosial budaya dalam pelayanan kesehatan keperawatan
1.
Health
Belief Model ini (HBM) adalah teori yang paling umum digunakan dalam pendidikan
kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz, Rimer, & Lewis, 2002; National
Cancer Institute [NCI], 2003). Ini dikembangkan pada 1950-an sebagai cara untuk
menjelaskan mengapa program skrining medis yang ditawarkan oleh US Public
Health Service, terutama untuk TBC, tidak begitu sukses (Hoch-Baum, 1958).
Konsep asli yang mendasari HBM adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh
keyakinan pribadi atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia
untuk mengurangi terjadinya penyakit (Hochbaum, 1958). Persepsi pribadi
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
intrapersonal.
Health Belief Model adalah perubahan prilaku
kesehatan dan model psikologis dikembangkan oleh M. Rosenstock pada tahun 1966
untuk mempelajari dan mempromosikan peningkatan pelayanan kesehatan. Model ini
ditindaklanjuti oleh Becker dan rekan pada 1970-an dan 1980-an. Teori Health
Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan
yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini dituangkan dalam lima segi
pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi upaya yang ada dalam diri
individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu perceived
susceptibility (kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived severity (bahaya/
kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action (manfaat yang dirasakan
dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action (hambatan yang
dirasakan akan tindakan yang diambil), cues to action (isyarat untuk melakukan
tindakan). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan self efficacy atau upaya diri
sendiri untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya.
Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu :
1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang serupa.
2.
Gaya hidup (Bahasa Inggris: lifestyle)
adalah bagian dari
kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman atau keinginan seseorang untuk
mengubah gaya hidupnya. Istilah gaya hidup pada awalnya dibuat oleh psikolog
Austria, Alfred Adler, pada tahun 1929. Pengertiannya yang lebih luas,
sebagaimana dipahami pada hari ini, mulai digunakan sejak 1961[1]
Gaya hidup bisa dilihat dari cara berpakaian, kebiasaan, dan
lain-lain. Gaya hidup bisa dinilai
relatif tergantung penilaian dari orang lain.
Gaya hidup juga bisa dijadikan contoh dan juga bisa dijadikan
hal tabu. Contoh gaya hidup baik: makan dan istirahat secara teratur, makan
makanan 4 sehat 5 sempurna, dan lain-lain. Contoh gaya hidup tidak baik:
berbicara tidak sepatutnya, makan sembarangan, dan lain-lain. Kesehatan
bergantung pada gaya hidup
Health
Seeking Behaviour merupakan pola perilaku masyarakat dalam pencarian pelayanan
kesehatan didalam masyarakat itu sendiri. Health Seeking Behaviour ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor budaya, faktor
pengalaman, faktor kepuasan terhadap pelayanan kesehatan, dan faktor
keterjangkauan financial dan non financial.
Contoh kasus
untuk Health Seeking Behaviour:
Seorang
mahasiswa Unsoed yang sedang menderita gangguan kesehatan di dalam sistem
pencernaanya mengaku bahwa dia lebih memilih memeriksakan kondisi kesehatannya
di PMI (Palang Merah Indonesia) dibandingkan
pergi ke UHC (Unsoed Health Center). Alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa
tersebut adalah bahwa dia kurang puas terhadap pelayanan kesehatan di UHC
karena sebelumnya dia pernah menemani salah seorang temannya berobat di UHC,
namun pelayanan yang diberikan kurang memuaskan dan cenderung tidak baik.
Berdasarkan pengalaman yang dia peroleh beberapa waktu yang lalu, maka untuk
memeriksakan kondisi kesehatannya dia lebih memilih mencari unit pelayanan
kesehatan yang lain yang menurutnya lebih berkompeten dan bisa memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih memuaskan.
Dari
contoh kasus diatas menunjukan bahwa sebagian masyarakat masih menerapkan
konsep Health Seeking Behaviour dalam memilih pelayanan kesehatan. Hal ini
menjadi perkara yang harus diselesaikan. Dari contoh kasus diatas,
solusi/alternatif pemecahan masalah yang dapat diatasi adalah dengan
melakukan monev (monitoring-evaluasi) didalam
struktur pelayanan kesehatan yang bersangkutan. Monev dapat dilakukan dengan
melibatkan berbagai unsur yang ada didalam pelayanan kesehatan, baik dari
tenaga kesehatan atau PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) maupun dari pasien.
Kemudian yang dapat dilakukan dengan adanya monev adalah perbaikan dari segala
aspek yang berkaitan dengan monev. Misal dari monev dihasilkan kesimpulan bahwa
pasien membutuhkan pelayanan yang baik secara fisik maupun sosial. Maka yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan/PPK adalah dengan meningkatkan mutu
pelayanan agar kepuasan pasien dapat tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar