A. PSIKOPAT
Psikopat atau psikopati disebut juga sosiopatik karena
dari perbuatan-perbuatannya masyarakat menderita dan dirugikan. Penderita
psikopat pada umumnya tidak menyadari bahwa dirinya ada kelainan, dan tidak
merasakan sendiri penyakitnya. Penderita psikopat seolah-olah tidak memiliki
hati nurani dan suka berbuat seenaknya tanpa memedulikan kepentingan orang
lain.
1. Pengertian Psikopat
a)
Psikopat adalah
bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan
pengintegrasian pribadi, orangnya tidak pernah bisa bertanggung jawab secara
moral selalu konfik dengan norma sosial dan hukum yang diciptakan oleh
angan-angannya sendiri. Kartini Kartono,1989
b) Psikopat(i) dipakai untuk menggambarkan manifestasi
psikopatologis di dalam prilaku dan perbuatan individu. Gunnarsa S.S., 1985
c)
Psikopat adalah
kelainan prilaku khususnya berbentuk perilaku yang antisosial, yaitu tidak
memedulikan norma-norma sosial (Sarwono, sarlito Wirawan, 2000).
2. Penyebab Psikopat
a)
. Menurut
Kartini Kartono (1989)penyebab utama psikopat, yaitu:
1.
Tidak
mendapatkan kasih sayang dari lingkungannya pada masa muda.
2.
Pada tahun-tahun
pertama kehidupan (0-3 tahun), tidak pernah memperoleh kemesraan dan kelembutan
dari lingkungannya.
Akibatnya:
1.
Kehiangan dan
kemampuan untuk menberikan vinta kasih dan simpati kepada orang lain.
2.
Kehilangan
perasaan sosial dan kemanusiaan
3.
Todak mampu
menjalin hubungan antar manusia
4.
Diliputi
perasaan tidak senang dan tidak puas.
5.
Diliputi rasa
kebencian, dendam, curiga, penolakan, rasa dikejar-kejar dan dituduh, gelisah,
tegang, ketakutan, kacau balau, dan dibayangi pikriran yang kegila-gilaan.
6.
Akhirnya terjadi
disintegrasi dan disorganisasi keperibadian, yang ditandai dengan memiliki rasa
sosial dan rasa rasa kemanusiaan yang wajar.
b). Menurut
Gunarsa, singgih D., dan Ny.Gunarsa Singgih D.(1985), asal usul psikopat
ditinjau dari sudut psikodinamika dan genetika bersumber dari kelakuan
menyimpang pada masa anak dan kenakalan remaja. Tanda-tandanya sebagai berikut:
1.
Tidak pernah
membentuk keterikatan yang baik dengan orang tua atau pengganti orang tua.
2.
Suka melawan
terhadap hal-hal yang dilarang oleh masyarakat karena biasa dimanja dan merasa
diperlakukan tidak adil.
3.
Membutuhkan
penerimaan orang laindan ada persalahan bersalah, tetapi tidak terjalin dengan
baik dalam pribadi keseluruhannya.
3. Gejala Psikopat
a)
Sikap kurang
ajar, kasar, dan ganas.
b) Beperilaku asosial dan eksentrik.
c)
Suka mengembara
tanpa tujuan.
d) Berperibadi labil dan respon tidak adekuat.
e)
Tidak loyal
kepada siapapun.
f)
Emosional, tidak
berperasaan dan tidak bertanggung jawab.
g) Kadang terdapat penyimpangan seksual.
h) Tidak mau nelajar dari pengalaman baik.
4. Bentuk Psikopat
Menurut
beberapa ahli, dibedakan empat bentuk psikopat, yaitu:
a)
Tipe simpatik,
tetapi tidak bertanggung jawab
b)
Tipe pendendam
dan pemberontak, tipe ini orangnya gemat memusuhi dan memberontak terhadap
hal-hal yang tidak disenangi.
c)
Tipe hipokondris
dan tidak adekuat
d)
Tipe anti social
B. DEFISIENSI
MORAL
1. Pengertian
Defisiensi moral
(defect moral) dicirikan dengan individu yang hidupnya delinquent, selalu
melakukan kejahatan (crimes) dan berperilaku antisosial, tetapi tidak ada
penyimpangan atau gangguan pada inteleknya (Kartini Kartono, 1989).
2. Penyebab
Penyebab utama
adalah terpisah (separation) dengan orang tua pada usia kurang dari 3 tahun,
khususnya berpisah dengan ibunya pada umur 0-4 tahun. Efek dari perpisahan ini
adalah tidak mendapatkan afeksi, dan selalu mendapatkan perlakuan yang keras
dan kejam. Akibat dari perpisahan ini, individu menjadi pendendam, mempunyai
sifat agresi, miskin hubungan kemanusiaan, emosinya dingin dan beku, tidak
memiliki super ego, adanya penolakan super ego dan hati nurani, serta prilaku
psikotis, retardasi mental, IQ rendah, dan kebekuan yang kronis.
3. Kelemahan
dan Kegagalan Individu pada Defisiensi Moral
a)
Tidak mampu
mengenal, mengerti, mengendalikan, dan mengatur emosi dan perilaku.
b)
Memiliki
perilaku yang salah dan jahat (misconduct).
c)
Kegagalan dalam
mengadakan penyesuaian terhadap hukum, norma-norma, dan standar sosial yang
berlaku.
4. Ciri-Ciri
Defisiensi Moral
a)
Secara fisik dan
organik normal (ada yang pandai, cerdik, menarik, dan pandai bicara), namun
pada umunya bersifat semaunya, keras kepala, pikiran sering berubah-ubah
(grilling) perangai kasar dan munafik.
b)
Egosentris,
tidak memedulikan hak dan peranan orang lain.
c)
Tidak memiliki
perasaan (afeksi), tidak tahu berterima kasih, tidak tahu malu, dan tidak
merasa bersalah atau berdosa, Tidak memiliki rasa tanggung jawab
d)
Sombong, tidak
tahu harga diri.
e)
Tidak mau
belajar dari pengalaman yang baik.
f)
Tidak berjiwa
toleran terhadap orang lain.
g)
Tidak dapat
dipercaya
h)
Menentang
kedisiplinan, peraturan, dan otoriter.
i)
Belajar mencuri
dan berbuat kejahatan sejak usia muda sehingga akan menjadi penjahat yang
permanen.
j)
Emosi tidak
terkendali dan susah diatur.
k)
Kata-katanya
kotor dan memuakkan.
l)
Gangguan
perkembangan mental disebabkan oleh disfungsi intelegensi.
m)
Kelemahan
dorongan-dorongan instingtif primer yang berakibat ego menjadi lemah,
kemiskinan afektif, tanpa selfrespect, dan ada relasi yang amat longgar dengan
sesama manusia.
n)
Pembentukan
super ego yang lemah sekali sehingga impulsnya dalam tataran yang sangat
primitif tidak bisa dikikontrol dan dikendalikan, cepat puas disertai emosi
kemarahan yang meledak-ledak, dan bersikap bermusuhan.
5. Kelompok
yang Termasuk Defisiensi Moral
a)
Anak-anak rusak
(demage children)
Sikap ini terjadi akibat terlalu lama berpisah dengan
ibunya sejak masa bayi.
b)
Juvenile
deliquency
Iuvenile deliquency adalah anak-anak muda (biasanya
dibawah umur 18 tahun) yang selalu melakukan kejahatan dan melanggar hukum yang
dimotivasi oleh keinginan untuk mendapaykan perhatian, satutus sosial dan
penghargaan dari lingkungannya (Kartini Kartono, 1989)
C.
ABNORMALITAS SEKSUAL
Menurut
Freud, salah satu faktor yang mendorong manusia berperilaku adalah energi
psikis berupa libido seksual (libido = dorongan hidup, mafsu erotis). Energi
psikis bukan saja menimbulkan menimbulkan perilku di bidang seks, berupa relasi
seksual (hubungan seksual), tetapi juga perilaku nonseksual.
Relasi seksual
secara normal adalah mekanisme manusia yang vital untuk meneruskan keturunan
dan menjaga agar manusia tidak punah. Seks dapat merupakan hubungan sosial yang
biasa dilakukan oleh pria maupun wanita, tetapi dapat juga menimbulkan relasi
seksual yang sifatnya erosi. Pada relasi sekssual yang normal
kedua belah pihak menghayati bentuk kenikmatan dan puncak kenikmatan seksual
(organisme).
Bentuk relasi seksual
yamg heteroseksual apabila dilakukan oleh dua jenis kelamin
yang berbeda, dan homoseksual apabila dilakukan oleh kedua
kelamin yang sama. Namun rellasi homoseksual biasanya dipakai untuk menyebut
hubungan sesama jenis laki-laki dan untuk wanita dengan wanita disebut lesbian. Untuk
menjaga hal-hal yangh bertentangan dengan norma dan moral diharapkan laki-laki
dan wanita dewasa maupun melaksanakan maupun melaksanakan relasi seksual yang
adekuat, artinya mampu melakukan relasi seksual yang normal dan bertanggung
jawab.
1. Prilaku Pribadi Normal dan Abnormal
Sebelum
dibicarakan lebih lanjut tentang abnormalitas seksual, akan disinggung terlebih
dahulu tentang istilah normal dan abnormal yang terkait dengan prilaku pribadi.
a.
Normal diartikan
sebagai keadaan sehat atau tidak patologik dalam hal fungsi keseluruhan
(Maramis, 1999).
b.
“Perilaku yang
normal adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat), yang bisa di terima
oleh masyarakat pada umumnya “ (Kartini Kartono, 1989).
c.
“Perilaku
pribadi normal ialah sikap hidup sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat
ia berada sehingga tercapai satu relasi interpersonal dan intersosial yang
memuaskan” (Kartini Kartono, 1989).
1. Kriteria
Pribadi Normal
Menurut Gunarsa
S.D. dan Ny. Gunarsa S.D. (1989) yang mengutip pendapat A.H. Maslow S., Bela,
dan Mittlemann bahwa kriteria pribadi yang normal sebagai berikut.
a.
Perasaan aman
yang adekuat.
b.
Memiliki
penilaian diri dan wawasan yang rasional.
c.
Memiliki
spontanitas dan emosionalitas yang adekuat.
d.
Mempunyai kontak
dengan realitas secara efisien.
e.
Memilki dorongan
dan nafsu jasmaniah yang sehat, serta mempunyai kemampuan untuk memenuhi dan
memuaskannya.
f.
Mempunyai
pengetahuan diri yang adekuat.
g.
Mempunyai tujuan
hidup yang adekuat.
h.
Mampu belajar
dari pengalaman hidupnya.
i.
Ada kesanggupan
untuk memuaskan tuntunan dan kebutuhan kelompok.
j.
Emansipasi yang
pantas dan sehat dari kelompok dan kebudayaan.
k.
Memilki
integritas dan konsistensi kepribadian.
Menurut Atkinson R.L. dkk. Menetapkan 6 kriteria normalitas, yaitu :
a)
Persepsi
dan realitas yang efesien Individu
dalam menilai reaksi dan kemampuan mengintepretasikan hal-hal yang terjadi di
lingkungan sekitarnya secara realistik
b)
Mengenali
diri sendiri Individu
yang mampu melakukan penyesuaian, memiliki kesadaran, perasaan, dan motif
secara baik.
c)
Kemampuan
mengendalkanperilaku secara sadar Kepercayaan atas kemampuan diri individu untuk mengendalikan
perilakunya.
d)
Harga
dirinya dan penerimaan Kemampuan
menyesuaikan diri, mampu menilaiharga dirinya sendiri, dan merasa diterima
orang lain.
e)
Kemampuan
membentuk ikatan kasih Mampu menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan orang lain.
f)
Produktivitas Mampu menyesuaikan diri dan menyalurkan kemampuan
dengan baik ke aktivitas produktif.
2. Keriteria Pribadi Abnormal
Perilaku pribadi
abnormal adalah peribadi yang menyimpang jauh dari perilaku pribadi normal.
Dapat juga diartikan bahwa pribadi abnormal bila berada jauh berbeda
dari keadaan integrasi ideal.
Menurut atkinson
R.L dkk perilaku abnormal dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
Statistik
Prilaku abnormal adalah yasng secara statistik jarang atau menyimpang dari
normal.
Maladaptif
prilaku abnormal jika bersifat maladaptif dan memeiliki pengaruh buruk pada
individu atau masyarakat.
Menyimpang dari
norma sosial Prilaku yang menyimpangs secara jelas dari standar atau norma
dalam masyarakat.
Distres pribadi
Adanya perasaan disters sunjektif individual.
3. Penyebab Abnormalitas
Penyebab
yang mendasari seseorang abnormal menurut Kartini Kartono (1989) sebagai
berikut:
a) Faktor keturunan
(hereditas)
· Idiopathy
(penyakit yang timbul dari dalam organ tubuh)
· Psikosis
(penyakit mental yang parah)
· Neurosis
(penyakit saraf)
· Ideocy
(ketidak sempurnaan mental pada tingkat rendah)
· Psikosis
sifilitik
b) Faktor sebelum lahir (pranatal)
· Kekurangan
nutrisi
· Infeksi
· Luka
· Keracunan
· Menderita
penyakit
· Menderita
psikosis
· Trauma
pada kandungan
c) Faktor ketika lahir (natal)
· Kelahiran
dengan tang (tangverlossing)
· Asphixia
(kekurangan O2 dalam udara pernafasan)
· Prematurity
(lahir sebelum waktunya)
· Primogeniture
(primipara = wanita yang hamil sekai dan melahirkan anak pertama)
c) Faktor setelah
lahir (pascanatal)
· Pengalaman
traumatik
· Kejang
atau stuip
· Infeksi
pada otak atau selaput otak
· Kekurangan
nutrisi
· Faktor
psikologis
4. Prilaku Seksual Normal
Perilaku
seksual ini dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntunan masyarakat,
tetapi juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan, perwujudan diri
sendiri, atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan
keperibadiannya menjadi lebih baik (Maramis, 1999). Pendapat Kartini Kartono
(1989), yang dimaksud perilaku seksual yang normal mengandung pengertian
sebagai berikut.
a)
Gangguan
kemampuan seksual, termasuk dalam kelompok ini adalah impotensi, ejakulasi
pradini, frigiditas, disparenia, dan vaginismus, serta hipo dan hiper seksual.
b)
Deviasi seksual
(penyimpangan seksual) termasuk dalam kelompok ini adalah homoseksualitas dan
lesbianisme, fetisisme, pedofilia, transfestitisme, exhibisionism, voyeurism,
sadisme dan masokisme, serta transeksualisme.
Menurut Kartini Kartono (1989), abnormalitas seksual dibedakan menjadi:
a)
Abnormalitas
seks yang disebabkan oleh dorongan seksual yang abnormal. Termasuk dalam
kelompok ini adalah prostitusi, promoskuitas, adultery (perzinahan), sedukasi,
frigiditas, impotensi, ejakulasi dini/prematur/ precock,copulatory impotency
dan phsykogenic aspermia, nimfomania, satiriasis, vaginismus, dispareuni,
anorgasme, dan kesukaran hubungan seksual yang pertama.
b)
Abnormalitas
seks yang disebabkan adanya partner seks yang abnormal. Termasuk dalam kelompok
ini adalah homoseksualitas (oral erotisme, analerotisme, dan interfemoral
hubungan seksual), lesbianisme, bestiality, zoofilia, nekrofilia, pornografi,
dan obscenity, pedofilia, fetisisme, frottahe, gerontoseksualitas, incest,
saliromania, wifeswiping, misofilia, koprofilia, dan urofilia.
c)
Abnormalitas
seks dengan cara-cara abnormal dalam pemuasan dorongan seksual. Termasuk dalam
kelomok ini adalah onani dan masturbasi, sadisme, masokisme dan sadomasokisme,
voyeurism, exhibisionism sexual, skoptofilia, tranfestitisme, transeksualisme,
troilism, atau triolisme.
Menurut
Sulistio (1977), human sexual inedaquacy dikelompokan menjadi tiga bagian,
yaitu:
a)
Cara-cara yang
abnormal dalam pemuasan keinginan seks. Tremasuk dalam kelompok ini adalah
sadisme, masokisme, exhibitionism, scoptophilia, voyeurism, troilism, atau
triolisme, transvestisme, transseksualisme, sexualoralism, sodomi, atau seksual
analism.
b)
Partner seksual
yang abnormal (manusia atau obyek lain). Termasuk dalam kelompok ini adalah
homoseksualitas, pedofilia, pornografi,obscenity, fetisisme, frottage, incest,
saliromania, gerontoseksualitas, wifwswapping, misofilia, koprofilia, dan
urofilia, koprofilia, serta masturbasi.
c)
Abnormal degree
of desire and strength of sexual drive. Termasuk dalam kelompok ini adalah
anorgasme, dispareunia, vaginisme, kesukaran hubungan seks pertama, frigiditas,
impotensi, ejakulasi prematur, nimfomania, satiriasis, promiscuity, dan
prostitusi, perkosaan, seduction, dan adultery.
5. Bentuk-Bentuk
Abnormalitas
- Ejakulasi prematur: Peristiwa keluaranya sperma
sebelum mencapai orgasme (ejakulasi sebelum waktunya, terlampau cepat, atau
sebelum menghadapi)
- Frigiditas: gairah seksual yang dingin atau tidak
mengalami orgasme pada saat hubungan seksual pada wanita
- Disparenia: hubungan seksual yang disertai
nyeri(sakit) atau sukar. Sedangkan vaginismus: spasme(kejang) otot-otot vagina
yang menyakitkan pada waktu hubungan seksual.
-
Hiposeksual: dorongan seksual yang kecil. Sedangkan
hiperseksula: dorongan seksual yang besar.
- Homoseksual: ketertarikan melakukan hubungan seksual
dengan sesama jenis(pria dengan pria atau wanita dengan wanita).
-
Fetisisme: hubungan seksual yang mencari gairah dan
kepuasan seksual secara beuang dengan memakai benda mati(fetish) milik seks
yang lain sebagai pengganti objek seksual.
- Pedofilia: pemuasan seksual dengan objeknya anak, baik
sejenis atau lawan jenis yang belum akil balig.
- Transvestitisme: abnormalitas seksul pada-laki-laki
heteroseksual dalam memperoleh kepuasan seksual dengan memakai pakaian wanita.
- Exhibisionism: memperoleh kepuasan seksual dengan
jalan memperlihatkan genitalianya secara berulang kepada orang lain yang tidak
dikenal dan ingin melihatnya.
- Voyeurism: memperoleh kepuasan seksual dengan melihat
atau mengintip orang telanjang atau melakukan hubungan seksual tanpa
sepengetahuan yang diintip.
- Sadisme: memperoleh kepuasan seksual dengan cara
menyakiti secara fisik atau psikologis objek seksualnya. Sedangkan Masokoisme:
memperoleh kepuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri secara fisik atau
mental.
- Transeksualisme: abnormalitas seksual berupa adanya
gejala rasa memiliki seksualitas yang berlawanan dengan struktur fisiknya.
- Prostitusi: merupakan bentuk penyimpangan seksual
dengan pola dorongan seks yang tidak wajar, tidak terorganisasi dalam
keperibadian sehingga hubungan seks tersebut bersifat imprasonal, tanpa kasih
sayang, berlangsung dan tanpa mendapat orgasme dipihak wanita.
- Promiskuitas: mengadakan hubungan seksual dengan
banyak orang.
- Adulteri/perzinahan: melakukan hubungan seksual oleh
seseorang yang sudah menikah dengan orang lain yang bukan pasangannya atau
legal.
- Sedukasi/bujukan: melakukan hubungan seksual melalui
bujukan dan godaan kepada partnernya yang sebenarnya melanggar norma susila
atau norma hukum.
- Perkosaan: melakukan hubungan seks dengan cara
kekerasan dan paksaan.
- Kopulatori impotensi: kemampuan pria untuk mengadakan
ereksi tetapi tiba-tiba penis menjadi lemas seseudah masuk vagina.
- Psychogenic aspernia: peristiwa tidak keluarnya sperma
pada waktu melekukan seks.
- Nimfomania: keinginan seksual yang luar biasa paada
wanita yang ingin melampiaskan nafsu seksnya berulang kali tanpa melihat
akibatnya.
- Satyariasisme: keinginan seks yang tidak kunjung puas,
patologis, dan luar biasa besarnya pada wanita.
- Anorgasme: kegagalan mencapai orgasme selama hubungan
seksual.
- Kesukaran ubungan seksual pertama: mengalami kesulitan
pada saat hubungan seksual yang pertamakali karena kekurangan pengalaman kedua
belah pihak.
- Onani atau masturbasi: memperoleh kepuasan seksual
atau orgasme dengan jalan merangsang alat kelaminnya sendiri secara manual atau
digital.
- Skoptofilia: memperoleh kepuasan seksual dengan
melihat sexual act dan genitalianya.
- Troilisme: hubungan seksual dengan partner orang lain
tersebut menontonnya.
- Sexualoralism: kepuasan seksual yang didapat dari
aplikasi bibir, lodah, mulut pada genitalianya.
- Sosomi: kepuasan seksual dengan yang diperoleh dengan
cara melakukan hubungan seksual melalui anus.
- Bestiality: cinat yang abnormal terhadap binatang.
- Nekrofilia: kepuasan seksual dengan melihat atau
melakukan hubungan seksual dengan mayat.
- Pornografi: tulisan atau gambar yang khusus dibuat
untuk merangsang seks.
- Obscenity: perkataan, gerak-gerik, dan gambar-gambar
yang dianggap tidak sopan atau menjijikkan.
- Frottage: mendapatkan kepuasan sekusal dengan cara
meraba orang yang disenangi, biasanya tanpa sepengetahuan oleh korbannya.
- Gerontoseksualitas: seseorang yang memperoleh kepuasan
seksual dengan pasangan yang sudah usia lanjut.
-
Incest: hubungan seksual antara dua orang di dalam
atau diluar perkawinan dengan keluarga dekat sehingga secara legal tidak
dizinkan melakukan pernikahan.
- Wifeswapping: meminjamkan istri sebagai kesopanan dan
keramah-tamahan terhadap tamu.