Selasa, 27 September 2016

Gastritis



1.      Pengertian, Gejala, dan Penyebab Gastritis
Gastritis merupakan pembengkakan atau peradangan di lapisan lambung. Gastritis ini bisa berlangsung hanya untuk waktu singkat saja atau bisa juga untuk waktu hingga berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Apabila Anda bingung dengan istilah gastritis, orang awam sering menyebut gastritis dengan sakit maag. Mari baca selengkapnya.
2.      Jenis dari Gastritis
Gastritis sendiri dibagi menjadi 2 macam, yakni:
·         Gastritis Kronik
Gastritis kronik merupakan suatu peradangan pada bagian mukosa lambung dengan waktu hingga menahun. Gastritis kronik ini seringkali dihubungkan ke karsinoma lambung dan juga ulkus peptik, namun hubungan sebab akibat di antara keduanya masih belum diketahui.
·         Gastritis Akut Erosif
Gastritis yang kedua adalah gastritis akut erosif, merupakan peradangan yang terjadi di permukaan mukosa lambung dan bersifat akut, disertai terjadinya kerusakan erosi. Untuk perjalanan penyakit umumnya bersifat ringan, walaupun terkadang bisa mengakibatkan keadaan darurat medis, yaitu pendarahan pada saluran cerna bagian atas.
3.      Faktor Penyebab Gastritis
Terdapat beberapa penyebab seseorang mengalami gastritis, namun faktor penyebab yang umum yakni:
·         Stress bisa menyebabkan terjadinya perubahan hormonal pada bagian dalam tubuh yang bisa merangsang sel di dalam lambung secara berlebihan.
·         Jadwal makan tak teratur dapat mengakibatkan lambung menjadi sulit beradaptasi dan juga bisa menyebabkan kelebihan asam lambung, selanjutnya akan mengiritasi dinding pada mukosa lambung. Karena itu salah satu metode pencegahan gastritis yaitu dengan makan tepat pada waktunya.
·         Konsumsi minuman dengan kandungan kafein, contohnya teh dan kopi, makanan asam dan pedas, serta makanan yang memiliki kandungan gas juga dapat menyebabkan gastritis (Ubi, kol, buncis, dan lainnya).
·         Makanan dengan tekstur keras serta dimakan sewaktu panas, contohnya bakso.
·         Gejala atau Tanda-Tanda Gastritis
·         Keluar keringat dingin
·         Sering bersendawa, khususnya ketika perut merasa lapar
·         Suhu badan meningkat
·         Nafsu makan menurun drastic
·         Takikardia
·         Lemah dan pucat
·         Nyeri epigastrum yang terjadi khususnya tak lama sesudah minum dan makan dari unsur-unsur yang memancing, contohnya minuman alkohol, makanan yang tercemar toksik stafilokokus, dan salisilat
·         Muntah dan juga mual
4.      Metode Penyembuhan Gastritis
Untuk menyembuhkan gastritis maka Anda harus mengubah pola makan dan minum, hindari konsumsi makanan dan minuman yang dapat merangsang timbulnya gastritis, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Sebelum makan minumlah obat antasida, pola makan harus teratur dan biasakan makan 4 sehat 5 sempurna, dan hindari stress. Jika ada masalah selesaikan jangan terlalu dipikirkan terus menerus, karena dapat berakibat stress dan Anda akan terserang gastritis atau penyakit maag.
Stress ini merupakan salah satu penyebab umum orang terserang gastritis, karena itu orang yang tinggal di kota besar seringkali mengalami penyakit ini. Ketika makan juga sebaiknya porsi diatur, jangan terlalu banyak, lebih baik sering makan namun dengan porsi kecil, jaga agar lambung tidak kosong. Jika kosong Anda dapat memakan snack ringan seperti roti.
5.      Metode Herbal untuk Penyembuhan Gastritis
Sekarang kita akan membahas sisi herbal untuk menyembuhkan penyakit gastritis. Obat herbal yang cocok untuk gastritis adalah sarang semut. Dengan konsumsi sarang semut, maka gastritis Anda dapat berkurang dan sembuh. Efek yang akan Anda rasakan juga benar-benar nyata. Bahkan sarang semut juga berguna untuk menghilangkan benjolan asing yang muncul di tubuh. Untuk informasi selengkapnya mengenai khasiat Sarang Semut, Anda bisa baca di artikel berikut: Khasiat Sarang Semut.
Segeralah lakukan pengobatan jika Anda memiliki gastritis. Penyakit ini dapat sembuh dengan cepat apabila diobati sebagaimana mestinya. Tetapi jika dibiarkan, maka dalam jangka waktu tertentu ada kemungkinan akan menyebab

Psikopat



A. PSIKOPAT
Psikopat atau psikopati disebut juga sosiopatik karena dari perbuatan-perbuatannya masyarakat menderita dan dirugikan. Penderita psikopat pada umumnya tidak menyadari bahwa dirinya ada kelainan, dan tidak merasakan sendiri penyakitnya. Penderita psikopat seolah-olah tidak memiliki hati nurani dan suka berbuat seenaknya tanpa memedulikan kepentingan orang lain.
1. Pengertian Psikopat
a)   Psikopat adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi, orangnya tidak pernah bisa bertanggung jawab secara moral selalu konfik dengan norma sosial dan hukum yang diciptakan oleh angan-angannya sendiri. Kartini Kartono,1989
b)  Psikopat(i) dipakai untuk menggambarkan manifestasi psikopatologis di dalam prilaku dan perbuatan individu. Gunnarsa S.S., 1985
c)   Psikopat adalah kelainan prilaku khususnya berbentuk perilaku yang antisosial, yaitu tidak memedulikan norma-norma sosial (Sarwono, sarlito Wirawan, 2000).

2.  Penyebab Psikopat
a)   . Menurut Kartini Kartono (1989)penyebab utama psikopat, yaitu:
1.        Tidak mendapatkan kasih sayang dari lingkungannya pada masa muda.
2.        Pada tahun-tahun pertama kehidupan (0-3 tahun), tidak pernah memperoleh kemesraan dan kelembutan dari lingkungannya.
Akibatnya:
1.    Kehiangan dan kemampuan untuk menberikan vinta kasih dan simpati kepada orang lain.
2.    Kehilangan perasaan sosial dan kemanusiaan
3.    Todak mampu menjalin hubungan antar manusia
4.    Diliputi perasaan tidak senang dan tidak puas.
5.    Diliputi rasa kebencian, dendam, curiga, penolakan, rasa dikejar-kejar dan dituduh, gelisah, tegang, ketakutan, kacau balau, dan dibayangi pikriran yang kegila-gilaan.
6.    Akhirnya terjadi disintegrasi dan disorganisasi keperibadian, yang ditandai dengan memiliki rasa sosial dan rasa rasa kemanusiaan yang wajar.
b). Menurut Gunarsa, singgih D., dan Ny.Gunarsa Singgih D.(1985), asal usul psikopat ditinjau dari sudut psikodinamika dan genetika bersumber dari kelakuan menyimpang pada masa anak dan kenakalan remaja. Tanda-tandanya sebagai berikut:
1.    Tidak pernah membentuk keterikatan yang baik dengan orang tua atau pengganti orang tua.
2.    Suka melawan terhadap hal-hal yang dilarang oleh masyarakat karena biasa dimanja dan merasa diperlakukan tidak adil.
3.    Membutuhkan penerimaan orang laindan ada persalahan bersalah, tetapi tidak terjalin dengan baik dalam pribadi keseluruhannya.

3. Gejala Psikopat
a)   Sikap kurang ajar, kasar, dan ganas.
b)  Beperilaku asosial dan eksentrik.
c)   Suka mengembara tanpa tujuan.
d)  Berperibadi labil dan respon tidak adekuat.
e)   Tidak loyal kepada siapapun.
f)   Emosional, tidak berperasaan dan tidak bertanggung jawab.
g)  Kadang terdapat penyimpangan seksual.
h)  Tidak mau nelajar dari pengalaman baik.
 
4. Bentuk Psikopat
    Menurut beberapa ahli, dibedakan empat bentuk psikopat, yaitu:
a)    Tipe simpatik, tetapi tidak bertanggung jawab
b)   Tipe pendendam dan pemberontak, tipe ini orangnya gemat memusuhi dan memberontak terhadap hal-hal yang tidak disenangi.
c)    Tipe hipokondris dan tidak adekuat
d)   Tipe anti social

B. DEFISIENSI MORAL
1.  Pengertian
Defisiensi moral (defect moral) dicirikan dengan individu yang hidupnya delinquent, selalu melakukan kejahatan (crimes) dan berperilaku antisosial, tetapi tidak ada penyimpangan atau gangguan pada inteleknya (Kartini Kartono, 1989).

2.   Penyebab
Penyebab utama adalah terpisah (separation) dengan orang tua pada usia kurang dari 3 tahun, khususnya berpisah dengan ibunya pada umur 0-4 tahun. Efek dari perpisahan ini adalah tidak mendapatkan afeksi, dan selalu mendapatkan perlakuan yang keras dan kejam. Akibat dari perpisahan ini, individu menjadi pendendam, mempunyai sifat agresi, miskin hubungan kemanusiaan, emosinya dingin dan beku, tidak memiliki super ego, adanya penolakan super ego dan hati nurani, serta prilaku psikotis, retardasi mental, IQ rendah, dan kebekuan yang kronis.

3.   Kelemahan dan Kegagalan Individu pada Defisiensi Moral
a)      Tidak mampu mengenal, mengerti, mengendalikan, dan mengatur emosi dan perilaku.
b)     Memiliki perilaku yang salah dan jahat (misconduct).
c)      Kegagalan dalam mengadakan penyesuaian terhadap hukum, norma-norma, dan standar sosial yang berlaku.
4.   Ciri-Ciri Defisiensi Moral
a)      Secara fisik dan organik normal (ada yang pandai, cerdik, menarik, dan pandai bicara), namun pada umunya bersifat semaunya, keras kepala, pikiran sering berubah-ubah (grilling) perangai kasar dan munafik.
b)     Egosentris, tidak memedulikan hak dan peranan orang lain.
c)      Tidak memiliki perasaan (afeksi), tidak tahu berterima kasih, tidak tahu malu, dan tidak merasa bersalah atau berdosa, Tidak memiliki rasa tanggung jawab
d)     Sombong, tidak tahu harga diri.
e)      Tidak mau belajar dari pengalaman yang baik.
f)      Tidak berjiwa toleran terhadap orang lain.
g)     Tidak dapat dipercaya
h)     Menentang kedisiplinan, peraturan, dan otoriter.
i)       Belajar mencuri dan berbuat kejahatan sejak usia muda sehingga akan menjadi penjahat yang permanen.
j)       Emosi tidak terkendali dan susah diatur.
k)     Kata-katanya kotor dan memuakkan.
l)       Gangguan perkembangan mental disebabkan oleh disfungsi intelegensi.
m)   Kelemahan dorongan-dorongan instingtif primer yang berakibat ego menjadi lemah, kemiskinan afektif, tanpa selfrespect, dan ada relasi yang amat longgar dengan sesama manusia.
n)     Pembentukan super ego yang lemah sekali sehingga impulsnya dalam tataran yang sangat primitif tidak bisa dikikontrol dan dikendalikan, cepat puas disertai emosi kemarahan yang meledak-ledak, dan bersikap bermusuhan.

5. Kelompok yang Termasuk Defisiensi Moral
a)            Anak-anak rusak (demage children)
Sikap ini terjadi akibat terlalu lama berpisah dengan ibunya sejak masa bayi.
b)            Juvenile deliquency
Iuvenile deliquency adalah anak-anak muda (biasanya dibawah umur 18 tahun) yang selalu melakukan kejahatan dan melanggar hukum yang dimotivasi oleh keinginan untuk mendapaykan perhatian, satutus sosial dan penghargaan dari lingkungannya (Kartini Kartono, 1989)

C. ABNORMALITAS SEKSUAL
       Menurut Freud, salah satu faktor yang mendorong manusia berperilaku adalah energi psikis berupa libido seksual (libido = dorongan hidup, mafsu erotis). Energi psikis bukan saja menimbulkan menimbulkan perilku di bidang seks, berupa relasi seksual (hubungan seksual), tetapi juga perilaku nonseksual.
Relasi seksual secara normal adalah mekanisme manusia yang vital untuk meneruskan keturunan dan menjaga agar manusia tidak punah. Seks dapat merupakan hubungan sosial yang biasa dilakukan oleh pria maupun wanita, tetapi dapat juga menimbulkan relasi seksual yang sifatnya erosi. Pada relasi sekssual yang normal kedua belah pihak menghayati bentuk kenikmatan dan puncak kenikmatan seksual (organisme).
Bentuk relasi seksual yamg heteroseksual apabila dilakukan oleh dua jenis kelamin yang berbeda, dan homoseksual apabila dilakukan oleh kedua kelamin yang sama. Namun rellasi homoseksual biasanya dipakai untuk menyebut hubungan sesama jenis laki-laki dan untuk wanita dengan wanita disebut lesbian. Untuk menjaga hal-hal yangh bertentangan dengan norma dan moral diharapkan laki-laki dan wanita dewasa maupun melaksanakan maupun melaksanakan relasi seksual yang adekuat, artinya mampu melakukan relasi seksual yang normal dan bertanggung jawab.

1.   Prilaku Pribadi Normal  dan Abnormal
Sebelum dibicarakan lebih lanjut tentang abnormalitas seksual, akan disinggung terlebih dahulu tentang istilah normal dan abnormal yang terkait dengan prilaku pribadi.
a.    Normal diartikan sebagai keadaan sehat atau tidak patologik dalam hal fungsi keseluruhan (Maramis, 1999).
b.    “Perilaku yang normal adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat), yang bisa di terima oleh masyarakat pada umumnya “ (Kartini Kartono, 1989).
c.    “Perilaku pribadi normal ialah sikap hidup sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat ia berada sehingga tercapai satu relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan” (Kartini Kartono, 1989).

1.      Kriteria Pribadi Normal
Menurut Gunarsa S.D. dan Ny. Gunarsa S.D. (1989) yang mengutip pendapat A.H. Maslow S., Bela, dan Mittlemann bahwa kriteria pribadi yang normal sebagai berikut.
a.    Perasaan aman yang adekuat.
b.    Memiliki penilaian diri dan wawasan yang rasional.
c.    Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang adekuat.
d.   Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien.
e.    Memilki dorongan dan nafsu jasmaniah yang sehat, serta mempunyai kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya.
f.     Mempunyai pengetahuan diri yang adekuat.
g.    Mempunyai tujuan hidup yang adekuat.
h.    Mampu belajar dari pengalaman hidupnya.
i.      Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntunan dan kebutuhan kelompok.
j.      Emansipasi yang pantas dan sehat dari kelompok dan kebudayaan.
k.    Memilki integritas dan konsistensi kepribadian.

Menurut Atkinson R.L. dkk. Menetapkan 6 kriteria normalitas, yaitu :
a)        Persepsi dan realitas yang efesien Individu dalam menilai reaksi dan kemampuan mengintepretasikan hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya secara realistik
b)        Mengenali diri sendiri Individu yang mampu melakukan penyesuaian, memiliki kesadaran, perasaan, dan motif secara baik.
c)        Kemampuan mengendalkanperilaku secara sadar Kepercayaan atas kemampuan diri individu untuk mengendalikan perilakunya.
d)       Harga dirinya dan penerimaan Kemampuan menyesuaikan diri, mampu menilaiharga dirinya sendiri, dan merasa diterima orang lain.
e)        Kemampuan membentuk ikatan kasih Mampu menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan orang lain.
f)         Produktivitas Mampu menyesuaikan diri dan menyalurkan kemampuan dengan baik ke aktivitas produktif.

2.  Keriteria Pribadi Abnormal
Perilaku pribadi abnormal adalah peribadi yang menyimpang jauh dari perilaku pribadi normal. Dapat juga diartikan bahwa pribadi abnormal bila berada jauh  berbeda dari keadaan integrasi ideal.
Menurut atkinson R.L dkk perilaku abnormal dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
Statistik Prilaku abnormal adalah yasng secara statistik jarang atau menyimpang dari normal.
Maladaptif prilaku abnormal jika bersifat maladaptif dan memeiliki pengaruh buruk pada individu atau masyarakat.
Menyimpang dari norma sosial Prilaku yang menyimpangs secara jelas dari standar atau norma dalam masyarakat.
Distres pribadi Adanya perasaan disters sunjektif individual.
3.   Penyebab Abnormalitas
            Penyebab yang mendasari seseorang abnormal menurut Kartini Kartono (1989) sebagai berikut:
a)      Faktor keturunan (hereditas)
·         Idiopathy (penyakit yang timbul dari dalam organ tubuh)
·         Psikosis (penyakit mental yang parah)
·         Neurosis (penyakit saraf)
·         Ideocy (ketidak sempurnaan mental pada tingkat rendah)
·         Psikosis sifilitik
b)   Faktor sebelum lahir (pranatal)
·         Kekurangan nutrisi
·         Infeksi
·         Luka
·         Keracunan
·         Menderita penyakit
·         Menderita psikosis
·         Trauma pada kandungan
c)   Faktor ketika lahir (natal)
·         Kelahiran dengan tang (tangverlossing)
·         Asphixia (kekurangan O2 dalam udara pernafasan)
·         Prematurity (lahir sebelum waktunya)
·         Primogeniture (primipara = wanita yang hamil sekai dan melahirkan anak pertama)
c)      Faktor setelah lahir (pascanatal)
·         Pengalaman traumatik
·         Kejang atau stuip
·         Infeksi pada otak atau selaput otak
·         Kekurangan nutrisi
·         Faktor psikologis
4.   Prilaku Seksual Normal
            Perilaku seksual ini dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntunan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan, perwujudan diri sendiri, atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan keperibadiannya menjadi lebih baik (Maramis, 1999). Pendapat Kartini Kartono (1989), yang dimaksud perilaku seksual yang normal mengandung pengertian sebagai berikut.
a)            Gangguan kemampuan seksual, termasuk dalam kelompok ini adalah impotensi, ejakulasi pradini, frigiditas, disparenia, dan vaginismus, serta hipo dan hiper seksual.
b)            Deviasi seksual (penyimpangan seksual) termasuk dalam kelompok ini adalah homoseksualitas dan lesbianisme, fetisisme, pedofilia, transfestitisme, exhibisionism, voyeurism, sadisme dan masokisme, serta transeksualisme.

Menurut Kartini Kartono (1989), abnormalitas seksual dibedakan menjadi:
a)            Abnormalitas seks yang disebabkan oleh dorongan seksual yang abnormal. Termasuk dalam kelompok ini adalah prostitusi, promoskuitas, adultery (perzinahan), sedukasi, frigiditas, impotensi, ejakulasi dini/prematur/ precock,copulatory impotency dan phsykogenic aspermia, nimfomania, satiriasis, vaginismus, dispareuni, anorgasme, dan kesukaran hubungan seksual yang pertama.
b)            Abnormalitas seks yang disebabkan adanya partner seks yang abnormal. Termasuk dalam kelompok ini adalah homoseksualitas (oral erotisme, analerotisme, dan interfemoral hubungan seksual), lesbianisme, bestiality, zoofilia, nekrofilia, pornografi, dan obscenity, pedofilia, fetisisme, frottahe, gerontoseksualitas, incest, saliromania, wifeswiping, misofilia, koprofilia, dan urofilia.
c)            Abnormalitas seks dengan cara-cara abnormal dalam pemuasan dorongan seksual. Termasuk dalam kelomok ini adalah onani dan masturbasi, sadisme, masokisme dan sadomasokisme, voyeurism, exhibisionism sexual, skoptofilia, tranfestitisme, transeksualisme, troilism, atau triolisme.




Menurut Sulistio (1977), human sexual inedaquacy dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu:
a)            Cara-cara yang abnormal dalam pemuasan keinginan seks. Tremasuk dalam kelompok ini adalah sadisme, masokisme, exhibitionism, scoptophilia, voyeurism, troilism, atau triolisme, transvestisme, transseksualisme, sexualoralism, sodomi, atau seksual analism.
b)            Partner seksual yang abnormal (manusia atau obyek lain). Termasuk dalam kelompok ini adalah homoseksualitas, pedofilia, pornografi,obscenity, fetisisme, frottage, incest, saliromania, gerontoseksualitas, wifwswapping, misofilia, koprofilia, dan urofilia, koprofilia, serta masturbasi.
c)            Abnormal degree of desire and strength of sexual drive. Termasuk dalam kelompok ini adalah anorgasme, dispareunia, vaginisme, kesukaran hubungan seks pertama, frigiditas, impotensi, ejakulasi prematur, nimfomania, satiriasis, promiscuity, dan prostitusi, perkosaan, seduction, dan adultery.

5.   Bentuk-Bentuk Abnormalitas

  • Ejakulasi prematur: Peristiwa keluaranya sperma sebelum mencapai orgasme (ejakulasi sebelum waktunya, terlampau cepat, atau sebelum menghadapi)

  •   Frigiditas: gairah seksual yang dingin atau tidak mengalami orgasme pada saat hubungan seksual pada wanita

  •  Disparenia: hubungan seksual yang disertai nyeri(sakit) atau sukar. Sedangkan vaginismus: spasme(kejang) otot-otot vagina yang menyakitkan pada waktu hubungan seksual.
  • Hiposeksual: dorongan seksual yang kecil. Sedangkan hiperseksula: dorongan seksual yang besar.

  •  Homoseksual: ketertarikan melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis(pria dengan pria atau wanita dengan wanita).
  • Fetisisme: hubungan seksual yang mencari gairah dan kepuasan seksual secara beuang dengan memakai benda mati(fetish) milik seks yang lain sebagai pengganti objek seksual.
  • Pedofilia: pemuasan seksual dengan objeknya anak, baik sejenis atau lawan jenis yang belum akil balig.
  •   Transvestitisme: abnormalitas seksul pada-laki-laki heteroseksual dalam memperoleh kepuasan seksual dengan memakai pakaian wanita.

  •   Exhibisionism: memperoleh kepuasan seksual dengan jalan memperlihatkan genitalianya secara berulang kepada orang lain yang tidak dikenal dan ingin melihatnya.

  •   Voyeurism: memperoleh kepuasan seksual dengan melihat atau mengintip orang telanjang atau melakukan hubungan seksual tanpa sepengetahuan yang diintip.

  •   Sadisme: memperoleh kepuasan seksual dengan cara menyakiti secara fisik atau psikologis objek seksualnya. Sedangkan Masokoisme: memperoleh kepuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri secara fisik atau mental.

  •   Transeksualisme: abnormalitas seksual berupa adanya gejala rasa memiliki seksualitas yang berlawanan dengan struktur fisiknya.

  •   Prostitusi: merupakan bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak wajar, tidak terorganisasi dalam keperibadian sehingga hubungan seks tersebut bersifat imprasonal, tanpa kasih sayang, berlangsung dan tanpa mendapat orgasme dipihak wanita.

  •   Promiskuitas: mengadakan hubungan seksual dengan banyak orang.

  •   Adulteri/perzinahan: melakukan hubungan seksual oleh seseorang yang sudah menikah dengan orang lain yang bukan pasangannya atau legal.

  •   Sedukasi/bujukan: melakukan hubungan seksual melalui bujukan dan godaan kepada partnernya yang sebenarnya melanggar norma susila atau norma hukum.

  •   Perkosaan: melakukan hubungan seks dengan cara kekerasan dan paksaan.

  •   Kopulatori impotensi: kemampuan pria untuk mengadakan ereksi tetapi tiba-tiba penis menjadi lemas seseudah masuk vagina.

  •   Psychogenic aspernia: peristiwa tidak keluarnya sperma pada waktu melekukan seks.

  •  Nimfomania: keinginan seksual yang luar biasa paada wanita yang ingin melampiaskan nafsu seksnya berulang kali tanpa melihat akibatnya.

  •   Satyariasisme: keinginan seks yang tidak kunjung puas, patologis, dan luar biasa besarnya pada wanita.

  •   Anorgasme: kegagalan mencapai orgasme selama hubungan seksual.

  •   Kesukaran ubungan seksual pertama: mengalami kesulitan pada saat hubungan seksual yang pertamakali karena kekurangan pengalaman kedua belah pihak.

  •   Onani atau masturbasi: memperoleh kepuasan seksual atau orgasme dengan jalan merangsang alat kelaminnya sendiri secara manual atau digital.

  •   Skoptofilia: memperoleh kepuasan seksual dengan melihat sexual act dan genitalianya.

  •   Troilisme: hubungan seksual dengan partner orang lain tersebut menontonnya.

  •   Sexualoralism: kepuasan seksual yang didapat dari aplikasi bibir, lodah, mulut pada genitalianya.

  •   Sosomi: kepuasan seksual dengan yang diperoleh dengan cara melakukan hubungan seksual melalui anus.

  •   Bestiality: cinat yang abnormal terhadap binatang.

  •   Nekrofilia: kepuasan seksual dengan melihat atau melakukan hubungan seksual dengan mayat.

  •   Pornografi: tulisan atau gambar yang khusus dibuat untuk merangsang seks.

  •   Obscenity: perkataan, gerak-gerik, dan gambar-gambar yang dianggap tidak sopan atau menjijikkan.

  •   Frottage: mendapatkan kepuasan sekusal dengan cara meraba orang yang disenangi, biasanya tanpa sepengetahuan oleh korbannya.

  •  Gerontoseksualitas: seseorang yang memperoleh kepuasan seksual dengan pasangan yang sudah usia lanjut.
  • Incest: hubungan seksual antara dua orang di dalam atau diluar perkawinan dengan keluarga dekat sehingga secara legal tidak dizinkan melakukan pernikahan.

  •  Wifeswapping: meminjamkan istri sebagai kesopanan dan keramah-tamahan terhadap tamu.